Mohon tunggu...
Dandy Yusuf
Dandy Yusuf Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti Muda

Tulisan-tulisan ilmiah populer.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Melawan Stunting lewat Intervensi Gizi Sensitif

15 Agustus 2022   10:28 Diperbarui: 15 Agustus 2022   10:33 1563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KEMENTERIAN DESA PDTT

Indonesia saat ini tengah bermasalah dengan stunting (tubuh kerdil). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2013 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 37,2%. Stunting bukan perkara sepele. Hasil riset Bank Dunia menggambarkan kerugian akibat stunting mencapai 3---11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). 

Dengan nilai PDB 2015 sebesar Rp11.000 Triliun, kerugian ekonomi akibat stunting di Indonesia diperkirakan mencapai Rp300-triliun---Rp1.210 triliun per tahun. 

Negara dinilai akan mengalami kerugian besar akibat stunting lantaran naiknya pengeluaran pemerintah terutama jaminan kesehatan nasional yang berhubungan dengan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes atapun gagal ginjal. 

Ketika dewasa, anak yang menderita stunting mudah mengalami kegemukan sehingga rentan terhadap serangan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke ataupun diabetes. 

Stunting menghambat potensi transisi demografis Indonesia dimana rasio penduduk usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja menurun. Belum lagi ancaman pengurangan tingkat intelejensi sebesar 5---11 poin. Stunting pun menjadi ancaman masyarakat Desa.

Penelitian dan pengamatan secara ilmiah yang dilakukan terhadap orang Indonesia oleh Mulyaningsih dkk. (2021) menemukan bahwa stunting terkait dengan beberapa penyebab pada tingkat individu, rumah tangga dan masyarakat. Diantaranya yang dicermati adalah kebiasaan konsumsi makanan ringan yang tidak sehat, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah dan sering menderita diare. 

Dari keluarga yang berkontribusi terhadap risiko stunting antara lain perawakan ibu yang pendek dan memiliki keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Dari segi karakteristik lingkungan masyarakat, penelitian ini menemukan bahwa tinggal di pedesaan meningkatkan risiko stunting sebesar 19%. Risiko stunting juga lebih tinggi pada anak-anak yang tinggal di komunitas dengan akses yang kurang terhadap air bersih dan sanitasi.

Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk menekan angka stunting. Salah satunya lewat Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, yaitu penerbitan Buku Saku Desa dalm Penanganan Stunting. Buku saku ini diharapkan menjadi panduan bagi warga Desa dalam ikhtiar menggerus stunting agar tidak menjadi beban di masa mendatang. Buku tersebut memuat banyak informasi, salah satunya adalah 12 poin Intervensi Gizi Sensitif. 

Poin-poin tersebut idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Untuk lebih jelasnya terlihat pada poster diatas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun