Untuk puasa sunnah, tabyit tidak wajib diamalkan pada malam hari. Hal itu didasarkan pada sabda Nabi SAW dalam hadis riwayat Muslim, ketika Rasulullah SAW bertanya kepada Aisyah RA, "Apakah ada makanan?". Aisyah menjawab, "Tidak ada."Â Lantas Rasulullah SAW berkata, "Kalau begitu, aku berpuasa."
Hadis itu menunjukkan bahwa puasa sunnah tetap dianggap sah sekalipun tabyit diamalkan setelah terbit fajar, dengan catatan yang bersangkutan belum melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.
Lantas bagaimana dengan tabyit puasa ramadan untuk sebulan penuh ?
Imam Malik dan ulama Malikiyah berpendapat bahwa tabyit puasa Ramadan tidak wajib dilakukan setiap hari selama bulan Ramadan, karena semua hari di bulan ramadan adalah sama seperti satu hari. Maka tabyit berpuasa ramadan cukup dilakukan satu kali di malam pertama saja untuk puasa selama satu bulan penuh. Begitu pula tabyit tidak perlu diperbarui setiap malam.
Sedangkan menurut Imam Syafi'i termasuk semua ulama Syafi'iyah sepakat tentang wajibnya tabyit puasa Ramadan dilakukan setiap malam selama bulan puasa. Dimulai sejak waktu Maghrib tiba hingga waktu sebelum subuh, karena setiap satu hari di Bulan Ramadan merupakan ibadah mustaqillah (berdiri sendiri) sehingga tidak dapat dikaitkan dengan hari sebelumnya atau sesudahnya. Karena itu mengucapkan tabyit puasa ramadan hanya pada awal hari pertama bulan ramadan untuk seluruh hari bulan ramadan dinilai tidak cukup.
Lebih tegas lagi menurut Imam al-Zayyadi tabyit puasa ramadan selama satu bulan (jami'a syahri ramadhan) yang diamalkan pada malam ke satu bulan Ramadan, maka tabyitnya dianggap tidak cukup. Namun untuk antisipasi jika seseorang lupa mengucapkan tabyit di malam hari, ada baiknya ia berniat puasa untuk seluruh hari selama bulan Ramadhan. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI