Kemudian di Tiongkok, nama sushi sudah mulai muncul di dalam literatur pada abad ke 5 s/d 3 sebelum Masehi. Makanan yang diawetkan juga bukan hanya ikan, namun juga unggas seperti burung, maupun hewan seperti babi. Di Jepang sendiri, nama sushi baru ditemukan di dalam literatur pada tahun 718 Masehi. Berbeda dengan cara makan yang populer sekarang, dahulu sushi yang sudah melalui proses pengawetan dimakan tanpa nasinya.
Perbedaan cara pengawetan ini pula yang kemudian menjadi penyebab munculnya berbagai jenis sushi yang populer di masing-masing daerah. Pada akhirnya di jaman Edo, untuk lebih memperpendek prosesnya, maka cuka dapur mulai dipakai untuk pengawetannya. Â Karena dengan cara ini, pengawetannya hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Sushi yang kita kenal sekarang pada awalnya dikenalkan di masa Edo dengan nama Edomae Nigirizushi. Edomae bisa berarti di depan Edo, yaitu laut. Edo (Tokyo), lautnya kaya akan mineral yang terdapat dalam sedimen yang dibawa dari sungai-sungai di hulunya. Dengan banyaknya kandungan mineral ini, serta kandungan dari unsur2 lain yang digemari ikan, maka berbagai jenis ikan banyak berkumpul di laut sekitar Edo. 
Nigiri adalah cara membuat sushi dengan memadatkan nasi menggunakan tangan. Masyarakat yang tinggal di daerah Edo, ingin agar ikan-ikan tersebut dapat langsung disantap dengan proses yang kalau bisa tanpa menunggu lama. Ikan-ikan tersebut kemudian diolah dengan cepat, lalu digunakan  sebagai neta dan ditaruh diatas nigiri yang sudah dibuat. Jadilah yang namanya Edomae Nigirizushi.
Cara penyajian cepat Edomae nigirizushi ini kemudian digemari masyarakat pada jaman itu. Kalau jaman sekarang, Edomae nigirizushi  ini bisa dikatakan setara dengan fast food seperti Kentucky atau McD.  Umumnya sushi pada jaman ini disajikan di warung tanpa tempat duduk yang biasa disebut tachigui  (makan sambil berdiri).
Cara tachigui akan memudahkan bagi orang yang sekedar ingin menghilangkan rasa lapar, karena dia bisa masuk ke rumah makan tersebut, lalu memesan dan kemudian memakan dengan cepat. Dari segi bisnis, pemilik rumah makan tachigui juga diuntungkan, karena putaran pengunjung warung bisa berganti dengan cepat.
Jenis sushi ada bermacam-macam. Jika dilihat dari cara membuat/menyajikannya, maka kita bisa menemui ada temakizushi, yaitu sushi yang dibalut dengan rumput laut. Ada pula chirashizushi, yaitu sushi yang nasinya tidak dikepal, dan neta-nya  hanya dihamburkan diatas nasi yang sudah diberi asam. Selain itu ada pula inarizushi, oshizushi, temarizushi, narezushi, gomokuzushi,  dan lainnya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu karena bisa jadi buku nanti :)Â
Menurut daerah asal sushinya, kita bisa menemui datemakizushi dari daerah chousi di chiba, shimazushi dari pulau ogasawara, funazushi dari prefektur Shiga dan lainnya.
Dari cara penyajiannya, kita bisa menemukan dua cara, yaitu sushi yang disajikan dengan conveyor-belt berputar (biasa disebut kaitenzushi) maupun sushi yang disajikan tanpa conveyor-belt. Sushi yang disajikan tanpa conveyor-beltberputar ini biasanya disajikan langsung di depan pembeli yang duduk disekitar counter tempat orang yang membuatnya (itamae).