Mohon tunggu...
Agatha Danastri
Agatha Danastri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecandu susu kacang kedelai || Pernah bercita-cita menjadi wartawan perang || Mahasiswi STF Driyarkara

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar Dari Mas Anca "Malam Minggu Miko"

27 November 2013   13:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:37 1421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang gak kenal sama si Mas Anca di Malam Minggu Miko? Bagi anda yang memiliki TV, ditambah lagi ada saluran Kompas TV, pasti tahu. Setiap tokoh dalam MMM itu unik, terutama sang majikan, Raditya Dika, yang selalu gagal menjalin hubungan asmara. Tapi yang benar-benar menyita perhatian saya selama menonton acara tersebut tak lain adalah Mas Anca, pembantu di rumah Raditya Dika. Dari awal menonton acara ini sudah bisa dilihat bahwa Mas Anca itu sangat ndeso. Rambutnya yang ikal, (sepertinya) jarang sekali disisir serta wajahnya yang plongah-plongoh membuat siapa saja bisa senyum-senyum sendiri di depan TV. [caption id="attachment_294802" align="alignnone" width="480" caption="Mas Anca"][/caption] Tapi siapa sangka, selama saya terus-menerus menonton acara ajaib tersebut, ada banyak sekali pelajaran yang bisa saya petik dari Mas Anca, antara lain adalah: 1.) Mencintai dengan tulus. Kita semua tahu bahwa Mas Anca memiliki seorang pacar yang bernama Maimunah di Malam Minggu Miko season 1. Saya begitu terkesima dengan kisa percintaan mereka, dimana mereka yang sama-sama pembantu di komplek saling mencintai satu sama lain. Tidak memandang fisik sama sekali, bahkan saya sempat tertawa geli waktu Mas Anca pernah bilang yang dicinta hanyalah Maimunah seorang... So sweet sekali. Begitu tulus dari lubuk hati, bisa dilihat dari raut wajah Mas Anca yang sangat polos dan tak pernah bisa berbohong. Bahkan majikan-majikan Mas Anca di MMM season 1 yakni Miko dan Ryan saja tidak punya pacar, dan selalu mengalami sindrom galau di malam minggu. Mas Anca malah asik pacaran dengan Maimunah, walaupun tidak di cafe, walaupun hanya nonton layar tancep, walaupun hanya main catur di teras rumah majikan, tetap saja, kala berdua minum racun pun mungkin rasanya akan enak ya? Gaya pacaran mereka sangat minimalis, tapi perasaan satu sama lain sangat maksimalis. Hal seperti ini layaknya bisa kita tiru. Bahwa mencari pasangan itu jangan hanya mencintai fisiknya saja, tapi juga mencintai hatinya. Pacaran juga gak perlu pergi ke cafe mewah dan buang-buang uang setiap malam ngapelin. Memberi hadiah tak perlu yang terlampau mahal, mencontoh Maimunah yang menjahitkan kemeja batik untuk Mas Anca. Walaupun kekecilan, tapi Mas Anca tetap menerima dan menangis saking senangnya. Mungkin karena dijahitnya dengan CINTA. [caption id="attachment_294812" align="alignnone" width="450" caption="Mas Anca dan Maimunah (sumber: Twitternya Raditya Dika)"]

1385533406206455397
1385533406206455397
[/caption] 2.) Bekerja dengan tekun, jujur dan terampil Mas Anca kan memang terkenal dengan kerajinannya dan keberadaannya menjadi ketua perhimpunan pembantu di komplek. Dia selalu berusaha untuk tidak mengecewakan majikan-majikannya, kadang kala juga rela dibentak-bentak oleh majikan sampai dijadikan kelinci percobaan untuk eksperimen terbaru para majikannya. Mas Anca selalu melaksanakan dengan senang hati demi menyenangkan hati majikannya, entahlah, atau memang karena Mas Anca terlalu polos dan "bego" sehingga mau-mau saja digituin. Walaupun pekerjaannya hanya sebagai pembantu rumah tangga, dia tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha untuk bekerja secara profesional, bahkan jika ada pembantu baru yang ada di komplek harus bertemu dengannya untuk di tes, apakah sudah layak menjadi pembantu. Mengepel lantai bagi Mas Anca juga tidak boleh sembarangan, ada teknik khusus. Segala macam pekerjaan rumah harus memiliki teknik khusus. Dari sini kita bisa belajar untuk bisa bekerja dengan baik dan tekun. Apapun itu pekerjaan kita, apapun itu profesi kita. Karena seperti kata pepatah, "Do what you love, love what you do". Sekecil apapun pekerjaan kita, jika kita rajin dan tekun, maka suatu saat akan berbuah baik pada diri kita sendiri. 3.) Bekerja itu bukan "Betah karena Butuh" tapi "Butuh karena Betah" Saya lupa kata-kata itu saya dapatkan dari mana, tapi saya sangat setuju dengan kata-kata itu. Kata-kata tersebut sangat cocok dan sangat melekat pada diri Mas Anca. Dia sangat betah menjadi pembantu, bukan karena butuh, tapi karena betah. Pada episode terakhir MMM season 2, dia ditawari untuk kontrak dengan perusahaan rekaman dengan band nya yang fenomenal, The Pembantus. Dengan single andalan mereka, "Perempuan Tercantik di Kecamatan", mereka menarik perhatian seorang pengusaha rekaman (lagunya sangat lucu, bahkan saya pernah sampai menangis sambil tertawa saat mendengar lagunya lewat YouTube). The Pembantus tinggal selangkah lagi untuk menjadi artis papan setrikaan atas. Tapi, karena suatu sebab, Mas Anca menolak untuk menjadi artis dan membiarkan 2 anggota band yang lain saja yang jadi artis. Mas Anca tetap kekeuh untuk tetap menjadi pembantu, karena dia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib para majikannya tanpa dirinya. Dia ingin tetap melayani para majikannya, dengan menjadi pembantu profesional. Karena baginya uang dan popularitas tidaklah penting, bekerja apa yang dia cintai dan melaksanakannya dengan sepenuh hati itu yang terpenting baginya. So, apakah kita sudah menemukan dan mencintai pekerjaan kita? Apakah kita sudah bekerja dengan tekun dan rajin? Apakah kita sudah bisa mencintai orang lain dari hatinya, bukan fisiknya? Terimakasih sudah menyempatkan membaca. Mungkin ada teman-teman Kompasianer yang tahu kira-kira hal-hal positif yang bisa kita petik dari Mas Anca?

Hehehe

Salam Dangdut,

Gembul

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun