Mohon tunggu...
Danan Wahyu Sumirat
Danan Wahyu Sumirat Mohon Tunggu... Buruh - Travel Blogger, Content Creator and Youtuber

blogger gemoy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku, Ibu, dan Aksara

4 Desember 2020   20:30 Diperbarui: 4 Desember 2020   20:59 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu adalah guru terbaik sepanjang masa | dokpri

Aku dilahirkan tidak untuk aksara. Karena di pikiranku  mereka selalu menari nari sehingga aku tidak dapat merangkainya  menjadi kata apalagi mengucapkannya. Ibu curiga aku menderita disleksia.

Saat masuk sekolah dasar aku tidak cakap membaca seperti teman-temanku dan ketinggalan di semua mata pelajaran.  Ayah bercerita mengalami hal yang sama dan baru bisa membaca saat duduk di kelas 4 SD. Karena tidak bisa membaca, aku merasa paling bodoh di kelas tapi ibu bilang aku spesial.

Tidak mudah bagi ibu  mencari informasi untuk menangani anak diskleksia di kota kecil tempat kami tinggal. Jaman itu belum ada internet. Jadi pilihannya, ibu mencari buku ke perpusatkaan. Jika ada artikel disleksia di majalah atau koran, ibu mengguntingnya lalu dikumpulkan  menjadi kliping.

Aku dan kakak perempuanku. | dokpri
Aku dan kakak perempuanku. | dokpri

Beruntung ibu menemukan orang yang tepat membantuku belajar membaca. Cik Nyet Nyet memiliki pengalaman membantu anak anak sepertiku menemukan gaya belajar sendiri. Anak disleksia memiliki cara belajar yang berbeda dibandingkan dengan anak lainnya. Jika anak lainnya diajarkan membaca dengan mengenal huruf lalu dieja menjadi kata. Sedangakn aku yang sangat visual diajarkan untuk menghapal bentuk kata. Memang tidak mudah tapi dengan berlatih aku bisa membaca seperti teman temanku.

Foto keluarga sebelum masuk sekolah | dokpri
Foto keluarga sebelum masuk sekolah | dokpri
Ibu tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi tapi hobinya membaca membuat beliau menjadi sosok  berwawasana luas. Tanpa sadar  kami anak-anaknya mencontoh apa yang dilakukannya setiap hari. Sebelum tidur  ibu  selalu membaca buku dan disaat senggang mengajak kami berdiskusi buku yang baru kami baca. Sejujurnya aku lebih suka ibu mengajak kami membaca buku lagu karena pasti ada momen bernyanyi bersama.

Hobi dan Pekerjaan
Meski ibu tidak pernah mengajarkan aku menjahit, aku sangat paham cara membuat baju, mulai dari pola dasar, menggunting bahan hingga menjahit.  Sejak SMP aku piawai mendesain baju karena melihat apa yang ibu kerjakaan. Tapi ketika ingin mekanjutkan sekolah tata busana ibu tidak mengijinkan karena ia tahu aku bisa meraih yang lebih tinggi.

Foto bersama ibu saat SMA. | dokpri
Foto bersama ibu saat SMA. | dokpri
Lulus SMA, aku  diterima di kampus negeri  di dekat rumah kami. Meski kuliah di jurusan teknik elektro, aku tetap menjalani hobi menggambar dan mendesain.  Kemampuanku menggambar berkembang menjadi grafik desain. 

Pernah ada pergumulan batin memilih profesi  menjadi insinyur atau grafik desainer. Namun pada akhirnya aku mengambil jalan tengah bekerja di bidang teknik dan tetap bekerja  sebagai grafik desainer paruh waktu. Karena aku ingin ibuku bangga dengan perjuangannya menyekolahkan aku menjadi sarjana teknik.

Menulis dan Ngeblog
Sejak berkenalan dengan kompasiana 10 tahun lalu, aku memiliki hobi menulis. Aku tidak pernah tahu jika hobi baru ini menjadikanku travel writer dan blogger. Awalnya hanya iseng membuat catatan perjalanan tapi nyatanya ngeblog memberikan rejeki lain. Ada momen disaat aku tergoda untuk menekuni profesi sebagai full time blogger. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun