Facebook mengingatkan saya pada sebuah postingan lawas yang saya unggah tanggal 10 September 2024. Tulisannya tentang Emily Armstrong.
Ia merupakan vokalis yang beberapa waktu lalu tampil bersama Linkin Park pada Konser Linkin Park From Zero World Tour 2025 di Jakarta pada tanggal 16 Februari 2025 di Stadion Madya Gelora Bung Karno (GBK) lalu berhasil mengguncang panggung dan mengguncang hati banyak orang, meskipun tidak semua dalam bentuk pujian.
Belum setahun postingan itu berlalu, dan fitur kenangan di facebook belum kasih notif tentang itu, tapi, gegara satu notifikasi like dari salah satu akun, saya terlempar kembali ke waktu warganet mendadak gaduh, terutama mereka yang tumbuh dan terwakili oleh Numb, In The End, Breaking the Habit, December dan seterusnya.Â
Forum musik saat itu terbakar argumen, dan komentar di video konser Linkin Park penuh dengan debat soal kelayakan Emily menjadi bagian dari bagian Mike Shinoda CS, termasuk kawan saya yang bilang Linkin Park dari Nol.
Saat itu, saya menulis dengan sedikit sentuhan mengusap diri bernada reflektif, tak sekedar ikut meramaikan lini masa di facebook, sepertinya saya sedang mencoba menjembatani antara kenyataan biologis penyanyi dan ekspektasi emosional dan kuping para penggemar.Â
Mungkin juga bukan menjembatani, tapi karena mulai jenuh dengan pro-kontra di timeline (saya) yang makin lama makin masif tentang Emily.
Lalu saya tersadar satu hal, bahwa hari ini keramaian itu sudah reda, tak ada lagi perdebatan keras, meski ketika LP mengeluarkan lagu baru, selalu saja ada hal serupa, kapam move-on-nya?Â
Seperti biasa, waktu bekerja pelan-pelan memudarkan hiruk-pikuk. Tapi kenangan dan kesan terutama yang datang dari musik tak mudah hilang begitu saja.
Show Must Go On