Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Apa yang kamu rasakan tetap penting, bahkan jika dunia sibuk sendiri.

Manusia yang pernah menahan banyak hal diam-diam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengembangan Wisata Berbasis Kopi di Kawasan Galunggung

5 Juli 2019   07:24 Diperbarui: 5 Juli 2019   07:43 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tak bisa dipungkiri industri pariwisata telah menjadi salah satu potensi yang cukup berpeluang meningkatkan devisa negara, meningkatnya jumlah kunjungan pariwisata mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tujuan wisata dengan adanya efek kegiatan langsung dan tidak langsung. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai objek wisata dengan berbagai tujuan, diantaranya memperluas pengetahuan wisatawan, mendapatkan pengalaman berekreasi yang lain seperti pengalaman dalam wisata minat khusus dan bersentuhan langsung dengan usaha di bidang pertanian.


Melalui pengembangan agrowisata
yang menonjolkan budaya dan keatifan lokal dalam memanfaatkan lahan pertanian atau perkebunan, maka pendapatan petani bisameningkat dengan adanya nilai tambah dan secara bersamaan berjalan beriringan dengan upaya mempertahankan kelestarian alam.

Dokpri
Dokpri
Keseriusan masyarakat desa hutan di Kecamatan Sukaratu dan akademisi dalam mendapatkan formula dan penguatan strategi pengembangan pariwisata terus dilakukan agar rencana pengembangan wisata kawasan Galunggung yang terintegrasi dengan berbagai sektor bisa berjalan dengan baik dan terealisasi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, sehingga dampak positif bagi masyarakat bisa segera dirasakan. Hal tersebut terungkap dalam sebuah Forum Group Discussion yang diselenggarakan oleh Universitas Siliwangi bekerja sama dengan Pemerintah Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya pada Kamis (4/7/19) bertempat di aula serbaguna desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya."Diskusi terarah kali ini merupakan kelanjutan dari sarasehan yang pernah dilakukan di Kubangkoak beberapa bulan lalu dengan menghadirkan stakeholders dan dinas terkait, perwakilan para petani kopi, LMDH, para kepala desa, Camat Sukaratu dan Bappeda," jelas Unang, Dosen Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, akademisi yang cukup concern terhadap pengembangan agrowisata di Kabupaten Tasikmalaya. Dalam diskusi ini terungkap perlu adanya percepatan gerakan membangun agrowisata dengan didukung berbagai pihak terutama dari kedinasan di pemerintahan daerah Kabupaten Tasikmalaya, yaitu dengan melakukan intervensi langsung pada beberapa sektor diantaranya sektor pertanian, bahkan Unang mendorong adanya komitmen berbagai pihak untuk segera melakukan percepatan.

"Intervensi ini mutlak dilakukan agar pengembangan agrowisata lebih terarah, pemerintah juga perlu support terhadap kebutuhan yang paling substantif dari petani, dan akhirnya kita bisa memiliki produk unggulan yang mampu bersaing di industri wisata ini, tapi kenapa kita harus bersaing kalau kita tak perlu bersaing? karena kita punya produk andalan yang jarang ada, misalnya mengembangkan kopi organik," ungkap Unang.

Dokpri
Dokpri
Seperti diketahui, Kabupaten Tasikmalaya telah berhasil terlebih dahulu mengembangkan beras organik yang sudah dieksport ke beberapa negara di eropa,  demikian halnya dengan pengembangan kopi organik pun memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan produk unggulan dimana petani berdaulat pupuk organik menjadi salah satu indikator kesejahteraan petani, selain itu juga ramah lingkungan.
"Kemajuan Iptek itu sangat memungkinkan distribusi pupuk organik untuk tanaman kopi langsung ke akarnya. Contohnya dengan sistem aplikasi yang simpel dan dapat dipahami oleh para petani," kata salah seorang pegiat kopi yang enggan disebut namanya.

Meskipun industri pariwisata memberikan dampak positif, tetapi dalam perkembangannya
pariwisata juga memberikan
dampak sebaliknya, seperti terjadinya penurunan kualitas alam, kesenjangan ekonomi antar masyarakat dengan para penanam modal dan lain-lain. Tetapi jika dikelola dengan baik dan berkeadilan serta dipadukan dengan aspek budaya dan tradisi, kondisi alam dan potensi lainnya, maka industri pariwisata dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat desa secara berkelanjutan. Untuk itu FGD kali ini mengusung tema Pengembangan Agrowisata Berbasis Kopi di Kawasan Galunggung Menuju Masyarakat Sejahtera Berwawasan Lingkungan.FGD ini merupakan program terpadu dengan kegiatan KKN Mahasiswa Agribisnis Universitas  Siliwangi pada 2019 ini."Kami tinggal di perumahan warga sekitar sini, KKN ini berlangsung selama satu bulan penuh dari  19 Juni sampai 19 Juli mendatang, dan kami sebagai mahasiswa dengan waktu sesingkat ini sudah mendapatkan banyak hal, karena masyarakat itu sumber ilmu, misalnya kami coba mensinkronkan teori di kampus dengan fakta di lapangan" terang Berli salah seorang mahasiswi Unsil. Pada hari sebelumnya program kerja mahasiswa juga melakukan studi banding mengenai pertanian kopi ke luar Kabupaten Tasikmalaya kemudian melakukan sharing  ilmu dari apa yang telah didapat dalam studi banding ke petani lokal dan akan melakukan peningkatan kapasitas kemampuan petani dalam mengolah hasil panen serta tehnik pembasmian penyakit dan hama tanaman. Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki panorama alam, kearifan tradisi dan beragam potensi budaya menjadi daya tarik yang memungkinkan untuk dimunculkan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Masyarakat desa hutan yang tergabung dalam dua LMDH di Kecamatan Sukaratu kini tengah menggarap lahan Perhutani di Kawasan Gunung Galunggung seluas lebih kurang enam puluh hektare dengan mengembangkan komiditas kopi yang juga memiliki potensi tak kalah bagusnya dengan daerah lain.

Rencananya Forum group discussion ini akan dilaksanakan kembali pada session berikutnya guna membahas program kerja dan langkah konkrit apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan agrowisata berbasis kopi di kawasan Gunung Galunggung ini, sehingga efek ganda dari pengembangan wisata sebagai salah satu strategi meningkatkan kesejahteraan masyarakat bisa segera dinikmati.

Aktivitas dan kultur masyarakat petani kopi di lereng Gunung Galunggung sangat memungkinkan untuk mengembangkan destinasi wisata tematik berbasis pertanian kopi. Hanya saja, rencana pengembangan dan gagasan besar ini meskipun secara potensi baik tradisi, aktivitas harian masyarakat dan panorama alam sangat memungkinkan untuk menjadi aktivitas pariwisata, namun perlu dilakukan upaya-upaya lanjutan yang konkrit dalam mewujudkannya.

Dokpri
Dokpri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun