Hujan kembali menghadirkan dirinya meski tiada undangan yang diberikan. Malam menjadi terlalu dingin meski setumpuk selimut sudah berusaha memberi kehangatan. Adam tersudut dikasurnya, menimbang -- nimbang kata apa yang akan dikirimkan hari ini untuk membuka percakapan. Walau seringkali berbalas pesan singkat hanyalah sebuah komunikasi satu arah, pria yang akan segera berusia tiga puluh itu tidak menyerah.
Hari keempat belas, bulan kedua. Ketika semua berubah menjadi merah muda. Tapi Adam menyadari, mengucap selamat hari kasih sayang atau bergurau tentang sepotong cokelat tidak akan berhasil membuat kata menjadi berbalas. Tiga tahun lalu, ketika untuk pertama kalinya saling mengenal. Adam pernah mengucapkan kata itu sekali. Tapi lawan bicaranya menolak, pujaan Adam yang saat itu baru dikenalnya sebelas hari itu tidak ikut dalam hiruk pikuk berbagi kasih di hari yang menurut sebagian orang istimewa.
Adam memutar -- mutar ponselnya. Berakhir membuka pemutar musik online, berusaha menikmati suara Taylor Swift yang bersenandung tentang sebuah pengasingan seorang mantan kekasih. Adam menjadi gelisah. Sudah pukul tujuh malam, dia masih belum menemukan bait untuk diucapkan. Sebentar lagi seseorang diujung sana akan terjebak dalam lelap. Perbedaan waktu tiga jam lebih awal di tempat orang itu membuat Adam semakin resah.
Akhirnya, Adam memutuskan mengambil gambar dirinya lalu mengirimkan ke seberang sana.
Merindukanmu...
Kata Adam, berharap akan mendapatkan balasan.
Sudah lima menit, pesan itu belum terbaca. Adam menjadi gusar. Kini Taylor Swift sudah menyanyikan lagu lain pengalamannya yang tersihir saat bertemu dengan seorang pria disebuah acara. Adam larut dalam hentakan nada yang begitu indah, tanpa sadar dia larut pada silam yang meminta untuk dikenang tanpa sebab.
Adam nyaris tertidur ketika sebuah ketukan pintu memaksanya untuk bangkit menduga -- duga siapa yang bertamu dimalam yang dingin ini.
"apa kabar?" kata seorang pria dari balik pintu segera mengejutkan Adam saat membuka pintu kamarnya dan mata mereka bertatapan.
"b... baik..." Adam berusaha mengumpulkan kembali puing -- puing dirinya yang terlanjur runtuh dihadapan pria itu. "aku pikir kau..."
"aku mendarat di Soekarno -- Hatta sore tadi..."