Mohon tunggu...
Damien Tanujagat
Damien Tanujagat Mohon Tunggu... Copywriter

Saya adalah seorang copywriter profesional yang berdomisili di Surabaya, dengan pengalaman dalam menulis berbagai jenis konten kreatif, mulai dari copy iklan, artikel, hingga materi pemasaran digital. Dengan pemahaman yang mendalam tentang strategi komunikasi dan branding, saya membantu bisnis dan organisasi menyampaikan pesan mereka secara efektif kepada audiens yang tepat.

Selanjutnya

Tutup

Music

Review Album "Onani Dalam Kubur" karya Luna Onar

20 Oktober 2025   18:59 Diperbarui: 20 Oktober 2025   22:55 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Album "Onani Dalam Kubur" karya Luna Onar (Sumber: Spotify)

Album "Onani Dalam Kubur" dari Luna Onar adalah perjalanan suara yang berani, puitik, dan penuh rujukan budaya---menggabungkan nubuat Jawa, hiruk-pikuk kota, hingga penghormatan pada pahlawan buruh---menjadikannya rilisan alternatif paling menggugah dari skena independen Indonesia saat ini. Setiap trek disusun seperti bab kronik: dari prolog ritual, klimaks yang menggetarkan di "Onani Dalam Kubur," sampai elegi "Nganjuk, 1993" untuk Marsinah, simbol perjuangan pekerja yang tak pernah padam.

Album dapat didengar di berbagai platform streaming: Onani Dalam Kubur by Luna Onar | Listen on Apple Music, Spotify, Tidal | PUSH.fm 

Gambaran album

"Onani Dalam Kubur" menghadirkan delapan nomor yang dirancang sebagai pengalaman sinematik---menguji batas lirik dan tekstur bunyi, namun tetap ramah didengar dari awal hingga akhir seperti sebuah film suara. Judul-judulnya memantulkan lanskap sosial-budaya Jawa--Indonesia, dari istilah Kalabendu dalam ramalan Jayabaya hingga memoar tragis Nganjuk yang menyebut tahun 1993 sebagai penanda sejarah buruh Indonesia.

Jejak Jayabaya di Track 2 dan 5

"KALABENDU (v1)" dan "KALABENDU (v2)" menukik ke tafsir era Kala-bendu---fase murka dan kekacauan yang digambarkan Jayabaya sebagai masa ketika nafsu duniawi menelan akal-budi dan keadilan memudar. Kedua trek menyuling gambaran era ini menjadi beat mendesak, liris muram, dan repetisi mantra yang mengingatkan pada tradisi ramalan yang menandai perubahan zaman di tanah Jawa.

Demam "sound horeg" di Track 5

Versi kedua "KALABENDU (v2)" mengambil semangat fenomena "sound horeg"---euforia lantang, ritme gemetar, dan warna sonik yang tak minta maaf---lalu menempelkannya pada narasi krisis moral era Kala-bendu. Perpaduan motif profetik dengan estetika pesta jalanan menghasilkan irisan unik: kritik sosial yang tetap mengundang tubuh untuk bergerak.

Puncak utama: "Onani dalam Kubur"

Sebagai fitur utama album, "Onani dalam Kubur" adalah pengakuan paling telanjang---menggarap tema kesepian, rasa bersalah, dan candu eksistensial di antara dentum bass yang terkontrol. Trek ini menjadi jangkar emosi keseluruhan rilisan, mengunci pendengar pada pertanyaan: bagaimana manusia mencari pelarian saat moral kolektif runtuh di era Kala-bendu?

Intermezzo yang "berantakan" jadi emas

"Intermezzo Pertama" dan "Intermezzo Kedua" meminjam semangat produksi ala Rick Rubin: kekacauan yang sengaja dibiarkan, potongan percakapan bocor, dan ambience studio seolah pintu tak sengaja terbuka. Desain bunyi ini mengubah noise menjadi kekayaan tekstural---membiarkan ketidaksempurnaan berkilau sebagai bagian dari narasi album.

Mengangkat ritual: prolog dan epilog

Pembuka "Kami Mempersembahkan..." berfungsi seperti doa---mempersiapkan pendengar memasuki jagat simbol dan kritik sosial yang akan datang. Sementara "TAMAT" menutup bab utama sebelum intermezzo kedua dan epilog memorial, memberi ruang hening yang menegaskan tema kehancuran dan harapan.

Elegi untuk Marsinah di "Nganjuk, 1993"

Penutup "Nganjuk, 1993" adalah penghormatan langsung kepada Marsinah, buruh perempuan yang diculik dan ditemukan tewas tiga hari kemudian setelah memimpin perjuangan kenaikan upah dan hak-hak pekerja pada Mei 1993. Lagu ini mengikat ulang ingatan kolektif: daftar 12 tuntutan buruh, intimidasi aparat, dan luka sejarah yang terus memanggil keadilan hingga hari ini.

Mengapa harus didengar

  • Menyatukan mitologi Jawa, kultur pop urban, dan memorial aktivisme buruh dalam satu narasi suara yang kohesif.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Music Selengkapnya
    Lihat Music Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun