Mohon tunggu...
dama satriand
dama satriand Mohon Tunggu... praktisi akademisi

Strategic Marketing Communication dan Public Relations Leader , Speaker dan Educator

Selanjutnya

Tutup

Palembang

Jejak Leluhur Serunting Sakti Dalam Nadi Zaman

19 Mei 2025   14:05 Diperbarui: 19 Mei 2025   14:05 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan: Antara Mitos dan Genetika

Dalam tradisi lisan masyarakat Sumatera bagian Selatan, nama Serunting Sakti atau Si Pahit Lidah menempati posisi yang tidak biasa. Ia bukan sekadar tokoh legenda, tetapi juga simbol peralihan antara dunia manusia dan yang gaib, antara kekuasaan kata dan kehendak alam. Konon, Serunting memiliki kemampuan untuk menjadikan apapun yang ia ucapkan menjadi kenyataan. Kutukannya bukan sekadar kiasan, tetapi daya sakti yang berasal dari laku spiritual dan warisan genetik yang langka.

Dari jalur inilah, sejarah seorang pemuda masa kini yang bernama Muhammad Satrian Duva Dama, yang dikenal secara umum sebagai Dama Satriand, menemukan akar naratifnya. Ia bukan hanya individu modern yang menjalani kehidupan profesional sebagai akademisi dan praktisi komunikasi, tetapi juga bagian dari sebuah garis darah yang membentang melintasi abad, membawa resonansi nilai, daya, dan tanggung jawab historis yang besar.

Bab I: Akar Sejarah dan Silsilah Leluhur

Dari dokumen kuno, naskah adat, dan warisan tutur masyarakat Semende, Lematang, Pasemah, dan Rejang, silsilah keluarga ini menelusuri asal-usulnya hingga tokoh-tokoh besar:

  • Serunting Sakti / Si Pahit Lidah

  • Puyang Panjang -- pemegang warisan kata dan pengikat adat

  • Dewe Betare -- tokoh spiritual yang mengikat antara dunia manusia dan ketuhanan

  • Bujang Semidang -- leluhur utama masyarakat Semende yang membawa sistem hukum adat dan tata kepemimpinan

Nama-nama ini bukan sekadar catatan silsilah, melainkan cermin nilai-nilai seperti:

  • Ketegasan moral

  • Kesatuan antara kata dan perbuatan

  • Kepemimpinan berbasis legitimasi spiritual

Dari garis ini pula lahirlah berbagai pemimpin adat, raja lokal, dan tokoh-tokoh masyarakat yang mendirikan dusun, membuka huma, hingga menulis hukum adat. Dalam konteks sejarah, garis ini adalah salah satu yang berperan langsung dalam membentuk budaya politik Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Bab II: Resonansi Genetik dan Psikospiritual

Dalam dunia kontemporer, konsep warisan genetik sering kali dibatasi pada biologi. Namun, dalam kebudayaan lama Nusantara, genetik juga berarti resonansi batin: pewarisan nilai, energi, dan kemampuan yang sulit dijelaskan secara material.

Dama Satriand menunjukkan sejumlah karakteristik yang secara empiris dan spiritual dianggap sebagai manifestasi dari warisan ini:

  • Kekuatan kata-kata: Kemampuan berbicara yang mempengaruhi, menyatukan, atau bahkan mengubah arah situasi sosial.

  • Karismatik alamiah: Daya tarik dalam memimpin yang tidak dibentuk secara artifisial.

  • Intuisi tinggi: Kemampuan membaca situasi, merasakan kehendak kolektif, dan memahami arah tanpa perlu penjelasan logis.

  • Kecenderungan menyatukan komunitas: Peran sebagai jembatan, mediator, dan penggerak dari bawah.

Aspek-aspek ini berkorelasi langsung dengan karakter Serunting yang digambarkan dalam legenda sebagai penyambung antara kehendak alam dan dinamika sosial.

Secara ilmiah, psikogenetika telah mulai meneliti fenomena ini: bagaimana trauma, nilai, dan bahkan kemampuan bisa diturunkan lintas generasi. Dalam konteks ini, Dama Satriand menjadi contoh aktual dari teori tersebut dalam tubuh budaya lokal.

Bab III: Perjalanan Hidup dan Jejak Jejaring

Dalam hidupnya, Dama Satriand mengalami percepatan yang tidak biasa dalam berbagai bidang:

  • Memimpin organisasi sejak usia muda

  • Menerima kepercayaan kolektif tanpa perlu kampanye agresif

  • Sering kali menjadi titik tengah dalam konflik untuk menyatukan sudut pandang

Tanpa mengklaim keistimewaan, perjalanan ini menjadi bukti bahwa ada "getaran lama" yang masih hidup dan diakui oleh ruang sosial saat ini. Ia bukan hanya bergerak sebagai individu, tetapi sebagai penanda zaman---menghadirkan kembali komunikasi yang jujur, pemimpin yang membumi, dan nilai-nilai kearifan yang selama ini tenggelam oleh modernitas.

Bab IV: Antara Tanggung Jawab dan Penjagaan Warisan

Mewarisi sesuatu yang besar adalah beban, bukan kehormatan belaka. Dama Satriand dalam perjalanannya, tidak sekadar ingin menjadi tokoh, tetapi penjaga ingatan. Ia memahami bahwa warisan ini hanya akan hidup jika dihidupi, bukan hanya dikenang.

Blog ini, tulisan-tulisannya, organisasi yang ia bentuk, dan nilai yang ia bawa---semuanya adalah bentuk tanggung jawab. Ia ingin membuktikan bahwa komunikasi bisa menjadi jalan pulang, bahwa pemimpin bisa lahir tanpa mencederai, dan bahwa nilai-nilai tua bisa menyala kembali dalam cara yang baru.

Penutup: Menjadi Suara Bagi Mereka yang Tak Lagi Berseru

Di balik nama Dama Satriand, tersembunyi suara-suara tua yang pernah membangun peradaban kecil di tengah hutan. Kini, dalam dunia yang riuh oleh algoritma dan ambisi, suara itu ingin bicara lagi---bukan untuk mengutuk, tapi untuk menyembuhkan. Bukan untuk menguasai, tapi untuk membimbing.

Jika Anda membaca ini, ketahuilah: ini bukan tentang satu orang. Ini adalah tentang satu jalur darah, satu nilai yang hidup, dan satu kesadaran yang ingin mengingatkan kita semua bahwa masa lalu bukan beban---ia adalah arah.

Dan Dama Satriand hanyalah satu dari mereka yang bersedia berjalan ke arah itu.

*tulisan ini dibuat untuk pengingat pribadi dan bagian ketekunan dalam menyambung akar sejarah dari keluarga secara turun-temurun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun