Mohon tunggu...
Damarra Kartika
Damarra Kartika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan Konsentrasi Studi Komunikasi Massa dan Digital Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Hal Penting untuk Bekal Adaptasi Media Analog ke Digital

14 September 2020   15:41 Diperbarui: 21 September 2020   16:34 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Orang membaca melalui layar telepon genggam via dreamstime.com

Apabila mengulas balik pada saat analog, orang akan cenderung membaca informasi secara urut. Sesuai yang tersaji, tanpa memedulikan informasi dari sumber lain atau informasi yang berkaitan. Namun sekarang, keadaannya berubah.

Gambar 3. Pola hyperlink dalam artikel berita via https://www.garuda.website/. 
Gambar 3. Pola hyperlink dalam artikel berita via https://www.garuda.website/. 
Media digital memungkinkan audiens untuk membaca informasi secara non hierarchical atau non linear atau secara acak. Kenapa demikian? Ketika audiens membaca, audiens bisa mendapatkan satu informasi, lalu bisa mencari informasi lain dari sumber yang lain. Hal ini dapat difasilitasi dengan fitur hyperlink. Audiens bisa dengan mudah mengakses laman lain melalui tautan yang tersedia melalui gambar maupun teks (sesuai dengan media masing-masing).

Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, budaya membaca audiens adalah scanning, tetapi mendapatkan informasi. Jadi, media juga harus menyediakan poin dari informasi dengan cepat. Bahkan dalam paragraf awal, diharapkan sudah tertera poin yang akan dibahas. Namun, hal ini kembali harus disesuaikan dengan masing-masing media.

"Three Second Rule" dalam Media Digital

Prinsip yang selanjutnya menjadi penting juga adalah “Three Second Rule”. Menarik atau tidaknya sebuah WEB atau media digital ini dapat dikatakan bisa dinilai dari tiga (3) detik pertama audiens membacanya. Dalam tiga detik pertama yang paling memungkinkan untuk dilihat audiens adalah aspek visual. Mulai dari warna yang digunakan, desain web, hingga pemilihan judul yang menarik juga dapat menjadi penunjang.

Gambar 4. Perbedaan pola pikir tradisional dan digital via http://aryeltech.com/. 
Gambar 4. Perbedaan pola pikir tradisional dan digital via http://aryeltech.com/. 

Kredibilitas sebagai Bekal Utama Persaingan 

Dalam media digital, kredibilitas juga menjadi hal yang tidak kalah penting. Kepercayaan bisa didapatkan dengan berbagai cara. Membangun media yag kredibel berarti kita harus memberika informasi yang terpercaya dan menjadi sumber informasi yang terpercaya itu bagi audiens kita.

Banyaknya media yang menyediakan informasi membuat media dalam dunia digital harus bertahan salah satunya dengan kredibilitas. Apabila satu media lebih kredibel dibanding yang lain, tentu audiens akan menjadikan media tersebut sebagai pilihan tetapnya dalam mendapatkan informasi.

Ruang Interaksi Dari, Oleh, dan Untuk Media Digital 

Terakhir, yang terpenting dalam perkembangan media digital ialah menciptakan ruang yang interaktif dengan audiens. Ruang interaktif ini dapat disediakan melalui berbagai platform.  

Tidak hanya mengkomunikasikan pesan atau informasi, media juga hendaknya berinteraksi dengan audiens. Caranya? Bisa melalui kolom komentar, apabila memilih aplikasi Instagram, maka dapat menghadirkan permainan interaktif Instagram seperti menyediakan template Bingo, This or That, atau dapat juga dilakukan dengan mengadakan LIVE Instagram atau LIVE streaming Youtube, dan sebagainya.

Interaksi juga dapat dilakukan antara audiens 1 dan audiens lain. Jadi bukan hanya antara komunikator dan komunikan atau media dengan audiens. Namun juga, antara audiens dan audiens lainnya. Pada akhirnya respon dari diskusi yang terjadi dapat terjadi secara lebih luas dan berdampak.

Kalau sudah memastikan paham bekalnya, siap mulai menulis digital? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun