Mohon tunggu...
Damar Januar
Damar Januar Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Lebih Mengenal Tari Lulo

7 Oktober 2025   18:01 Diperbarui: 7 Oktober 2025   18:01 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Apa itu Tari Lulo itu? Yuk, mari kita kenalan lebih dekat dengan tarian khas Sulawesi Tenggara ini.

            Tari Lulo atau lebih dikenal dengan nama Tari Malulo ini merupkan tarian masyarakat Suku Tolaki yang dilakukan secara masal dan dapat diikuti oleh semua kalangan. Tari ini juga dikenal sebagai tari persahabatan atau pemersatu karena dapat dilakukan oleh berbagai suku di Sulawesi Tenggara secara bersama-sama. Tari ini biasanya ditampilkan di acara pernikahan, acara adat, pesta rakyat, acara sekolahan, dan sebagainya. Namun uniknya, Tari Lulo saat ini dilakukan selalu diakhir acara atau kegiatan.

            Sejarah munculnya Tari Lulo ini tidak lepas dari mata pencaharian dan kepercayaan lokal masyarakat. Dahulu kala, Suku Tolaki mendiami wilayah dataran tinggi atau penggunungan dengan mata pencahari utama sebagi petani. Salah satu kegiatan masyarakat Tolaki kuno ialah menginjak-injak dengan kaki kiri untuk memisahkan bulir padi dari kulitnya pada saat panen. Kegiatan ini dalam Bahasa Tolaki yaitu Molulowi Opae. Dari kegiatan Molulowi Opae inilah kemudian lahir gerakan Tari Lulo yang dikenal sampai saat ini.

            Pada masa lalu, Tari Lulo hanya dilakukan dalam tiga kesempatan penting. Pertama, pada acara panen raya sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah. Kedua, pada acara adat seperti pernikahan dan upacara pelantikan raja. Ketiga, sebagai dari ritual penyembuhan warga yang sakit. Kepercayaan masyarakat Tolaki kuno menyebutkan bahwa penyakit timbul karena kesalahan manusia dan dianggap sebagai bentuk kemarahan Sang Dewa. Dengan dipandu oleh seorang dukun, Tari Lulo dilakukan untuk menghibur Sang Dewa agar berkenan mengangkat penyakit tersebut. Biasanya, Tari Lulo diiringi dengan tabuhan gong dan gendang.

            Secara garis besar, saat ini Tari Lulo dilakukan hanya pada dua kondisi saja. Pertama, saat perlombaan. Biasanya lomba ini berjudul Tari Lulo Kreasi dengan peserta 6 sampai 10 orang. Formasinya terdiri dari 2 atau 4 pria yang berada di sisi kanan dan kiri, sementara perempuan berada di bagian tengah. Tari ini masih diiringi tabuhan gong dan gendang namun dalam bentuk rekaman suara saja.

            Kondisi kedua adalah saat akhir acara pernikahan, pesta rakyat, acara sekolah, dan kegiatan sejenisnya. Kegiatan ini dilakukan di tempat luas dengan formasi melingkar, terkadang juga berbentuk donat. Pesertanya berasal dari berbagai kalangan, baik muda, tua, anak-anak, maupun remaja, tanpa memandang suku, agama, dan jabatan sosial. Karena itulah  Tari Lulo sering disebut segabai tari pemersatu. Dalam perkembangannya, Tari Lulo kerap diiringi musik electone dan nyanyian lagu daerah ataupun lagu berbahasa Indonesia.

            Gerakan tari ini cukup sederhana dan mudah diikuit. Gerakannya didominasi pada gerakan tangan dan kaki yang maju mundur serta ke kanan dan ke kiri dengan kompak dan sesuai dengan irama musik pengiring. Saat berpegangan tangan dengan lawan jenis, terdapat etika khusus yaitu telapak tangan pria harus berada dibawah telapak tangan perempuan. Etika ini bertujuan untuk menjaga agar ketika perempuan menarik tangan penari pria, bagian dada perempuan tidak tersentuh.

            Adapun makna Tari Lulo ini adalah sebagai ungkapan kegembiraan dan rasa syukur akan kebahagiaan, suka cita, serta hidup baru. Tari ini menjadi salah satu media untuk mempererat dan mempersatukan masyarakat Sulawesi Tenggara tanpa memandang status sosial, usia, suku, serta agama. Oleh karena itu, Tari Lulo memiliki nilai budaya yang sangat penting untuk terus dilestarikan.

            Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa Tari Lulo bukan hanya sekadar tarian hiburan, tetapi juga memiliki nilai sejarah, makna, dan fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Sulawesi Tenggara. Keunikan gerakannya yang sederhana serta makna kebersamaan yang terkandung di dalamnya menjadikan Tari Lulo tetap lestari hingga kini. Melalui tari ini, kita bisa belajar bahwa budaya lokal selalu menyimpan pesan tentang persatuan dan rasa syukur yang patut untuk terus dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Sumber:

https://www.labrita.id/berita/tari-lulo-budaya-kota-kendari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun