Dinamika dalam forum bahsul masail, maupun dinamika pleno pemilihan Ketua Umum PBNU.
Begitu juga zig-zag KH Hasyim Muzadi ketika ikut menjadi Capres menjelang muktamar itu.
Terasa sekali begitu tinggi dinamika, namun, Presiden SBY tetap hadir membuka muktamar, meskipun "berlawanan" dalam Pilpres dengan KH Hasyim Muzadi.
Soal dinamika dan perbedaan pandangan serta pendapat dalam sebuah forum, tentu tak menjadi asing bagi kalangan NU.
Sebab, mayoritas pengurus dan warga itu orang yang besar dan lahir dari pesantren. Sudah terbiasa larut dalam pergumulan perbedaan pendapat.
Makanya, dalam soal fiqh, NU berpegang pada salah satu dari mazhab yang empat. Artinya, warga NU ada dan boleh beda mazhab dalam soal amaliah.
Ketegangan dalam memutuskan sebuah persoalan, selalu berakhir dengan sejuk dan damai. Itulah kharisma seorang yang diambil sebagai Rais A'am dalam organisasi ini.
Terakhir, sebelum Wapres Jusuf Kalla menutup muktamar itu, pidato Rais A'am KH MA Sahal Mahfudz sungguh menggugah semua peserta muktamar yang hendak pulang, karena sudah sekian hari di Solo.
Dalam suasana muktamar itu pula terjadi musibah tergelincirnya sebuah pesawat, yang banyak mengangkut penumpang yang akan ikut muktamar.
Salah satunya, Prof Maidir Harun dari PWNU Sumbar. Beliau mengalami kecelakaan bersama penumpang lainnya, saat muktamar sudah berlangsung beberapa hari.
Pulang dari Solo, kami berempat dari Padang Pariaman yang sama berangkat ke Solo dari Jakarta, harus berpisah pulangnya.