Momen haul ke-25 ini, saya yang pernah berinteraksi dulunya dengan Buya, mengajak seluruh alumni, santri, serta simpatisan Madrasatul 'Ulum untuk mengkaji kembali sejarah panjang Buya ini.
Menurut saya, sejarah Buya dan Madrasatul 'Ulum ini amat penting untuk dikaji, agar generasi sekarang dan yang akan datang tidak salah dalam memilih pesantren untuk mengaji.
Sangat penting kita lakukan napak tilas perjalanan Buya, dan perjalanan pesantren yang didirikannya pada tahun 1940 ini.
Kenapa? Tulisan tentang Buya dan pesantren ini yang sering saya buat, selalu ada pertanyaan dari orang luar.
"Kok beda," tanya dia. Yang dia maksud kok beda dengan Tuanku Shaliah yang populer fotonya di setiap rumah makan Padang di luar sana.
Nah, artinya, di jagat sosial media, memang jarang atau katakanlah tak ada Tuanku Shaliah Lubuk Pandan ini di perbincangkan.
Ini tanggungjawab moral kita semua, selalu orang yang pernah singgah dan belajar serta mengajar dulunya di Lubuk Pandan, pesantren yang bermula dari Surau Kapalo Sawah ini.
Saya ingin, para mahasiswa mau menjadikan Buya dan pesantren ini sebagai objek penelitiannya. Baik untuk skripsi, tesis dan disertasi.
Tentu, untuk mengundang mahasiswa ini tertarik untuk melakukan penelitian, kita harus acap dan sering menulis dia.
Sering bicara di media, berkaitan dengan kisah Buya serta kiprah pondok dalam membangun pendidikan pesantren di tengah masyarakat. (ad)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI