Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlunya Niat Membesarkan Sekolah Berasrama

8 September 2022   19:39 Diperbarui: 8 September 2022   20:13 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan pengajian kelompok di pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan. (foto dok damanhuri)

Setiap perbuatan tergantung pada niatnya. Begitu juga mendirikan sekolah berbasis asrama juga sangat penting niat yang baik dan tulus untuk mewujudkan insan kamil, menjadi pribadi yang sejati, bermanfaat dunia akhirat.

Dan sepertinya, niat yang kuat untuk sebuah pengabdian, membangun pribadi muslim berakhlak mulia, adalah tujuan para ulama dulu dalam membuat dan membangun sekolah berasrama.

Di tempat yang jauh dari pusat pemukiman masyarakat, dekat dengan sungai, itulah barangkali membuat sekolah dan Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pua, Kabupaten Padang Pariaman bertahan hingga saat ini.

Malah, sebulan yang lalu telah dimulai pula pembuatan gedung asrama untuk santri perempuan. 

Resmi berdiri 1991, pesantren ini dididik oleh guru-guru yang tulus dan ikhlas dalam mengajar.

Uang sekolahnya tak banyak. Hanya Rp 75 ribu sebulan. Dan ditambah iuran beras tiap pekannya, untuk makan keseharian santri.

Asrama, listrik pesantren dan lainnya, diambilkan uangnya dari iuran bulanan itu. Gaji guru jangan ditanya. Jauh dibawah upah minimum regional.

Tapi tak pernah ada mogok mengajar, atau membubarkan diri. Gurunya digaji dengan berpariasi sesuai keterampilan guru itu sendiri.

Ada yang Rp500 ribu sebulan, dan yang paling tingginya Rp1,5 juta sebulan untuk pengasuh atau guru besar di pesantren itu.

Sang pengasuh, Buya Zainuddin Tuanku Bagindo Basa tak sekedar mengajar pada waktunya saja. Tiap malam dia berkeliling, mengawasi santri di asrama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun