Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setelah 20 Tahun Pariaman Berpisah dari Padang Pariaman

16 Juli 2022   07:56 Diperbarui: 16 Juli 2022   08:02 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tablig akbar peringatan 20 Kota Pariaman langsung bersama Ustad Abdul Somad. (foto dok kominfo kota pariman)

2 Juli 2002 - 2 Juli 2022, genap 20 tahun usia Kota Pariaman, sebuah daerah otonom yang dulunya menjadi bagian dari Kabupaten Padang Pariaman.

Menurut catatan pariamankota.go.id, Kota Pariaman termasuk kota tertua di pantai barat Pulau Sumatera. Merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku dan Barus.

Pemekaran wilayah kota ini cukup menjadi catatan sejarah penting, dan tentunya perjuangan yang tidak mulus juga dari pelaku dan masyarakat Kota Tabuik ini.

Di usia yang memasuki muda ini, sebagian aset kabupaten yang masih bercokol di kota itu, sudah diserahkan ke kota. Tanpa syarat, dan sedikit menjadi polemik di tengah masyarakat Padang Pariaman itu sendiri.

Sebenarnya, dengan lahirnya kota ini, sejarah Padang Pariaman pun hilang. Dan sudah seharusnya nama kabupaten ini diganti dengan nama baru, yang tentu punya sejarah dengan keberadaannya.

Padang Pariaman, meskipun daerahnya masih luas, mengeliling kota kecil Pariaman, punya 17 kecamatan dan 103 nagari, tetap saja sejarah historisnya hilang, setelah melahirkan dua daerah, Kota Pariaman dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Kini, Pariaman telah melampaui sebuah kota, dan menuju gerbang daerah tujuan dengan kemasan wisata pantai dan budaya.

Usia sekian dan telah beberapa pula pemimpinnya berganti, tentu terus berkembang dan maju melangkah mencari identitasnya.

Pariaman, tulis pariamankota.go.id, dikenal sebagai pusat pengembangan ajaran Islam yang tertua di pantai barat Sumatera. Salah seorang ulama yang terkenal Syekh Burhanuddin merupakan murid dari Khatib Sangko yang bermakam di Pulau Angso Duo yang sekarang dikenal dengan "kuburan panjang". 

Nah, Syekh Burhanuddin terkenal di Ulakan, sebuah nagari di Kabupaten Padang Pariaman. Dulu, sebelum kota ini ada dan lahir, Ulakan itu sering dinisbahkan dengan Pariaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun