Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok Dapat Cinta, Fadli Zon Dapat Apa?

1 Mei 2017   11:04 Diperbarui: 1 Mei 2017   12:43 4213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya karangan bunga, secara fisik para pendukung Ahok-Djarot juga terus berdatangan  ke Balai Kota untuk bertemu langsung dengan idola mereka. Ini meneguhkan adanya ikatan emosional yang kuat antara Ahok-Djarot dan para pendukungnya. Sebuah ikatan yang mustahil diraih hanya dengan upaya pencitraan semata.

Seharusnya seperti inilah hubungan yang ideal antara seorang pelayan masyarakat dengan pendukungnya. Hubungan yang dibangun atas dasar nilai-nilai kemanusiaan dan emosional yang dilandasi rasa saling penghormatan dan kepercayaan. Namun, hubungan model ini jelas tak bisa dijalin atas dasar kesenangan buta yang tidak didasari penilaian kinerja sang pelayan masyarakat

Ada faktor dominan yang melandasi hubungan emosional semacam itu, yaitu sang pelayan mampu menempatkan dirinya sebagai pihak yang jujur, bisa dipercaya, adil, pekerja kuras dan ulet untuk melayani rakyatnya. Faktor itulah yang mampu menyentuh hati rakyat sehingga mereka terikat secara emosional dengan yang melayaninya.

Andai saja para politisi Indonesia mampu membangun pola hubungan yang demikian dengan para pendukung di akar rumput, mungkin negeri ini akan dengan cepat maju dan bisa sejajar dengan negara maju lain.  Sayangnya, mental melayani dengan segenap kejujuran, keadilan, pengayoman, dan sifat yang bisa dipercaya masih menjadi barang langka hingga saat ini.

Akhirnya, biarkan saja rasa cinta itu terus mengalir di Balai Kota Jakarta, menjadi monumen rasa yang abadi dalam kenangan rakyat, yang memilih memperjuangkan kebaikan dengan cinta. Mungkin enam bulan lagi, saat cinta mulai mengering di sana, kenangan akhir April ini bisa sedikit menyejukkan hati. 

Sementara itu, yang suka berhura-hura biarkan terus berhura-hura, seperti musyafir di padang tandus yang kehilangan cinta. Mereka mungkin sudah tak bisa menerima bahasa cinta dalam karangan bunga. Sembako dan nasi bungkus mungkin lebih bermanfaat di saat perut lapar, usai lelah letih berteriak hak... hak... hak.... 


Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun