Mohon tunggu...
Dairaby Alfurqaan
Dairaby Alfurqaan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

seorang mahasiswa yang selalu berusaha mencari ilmu dan mencoba segala hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Manajemen Isu dan Komunikasi Krisis PT Unilever Melawan Berita Hoaks

17 Januari 2024   06:53 Diperbarui: 17 Januari 2024   06:53 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Monstad dalam Prayudi (2007) Manajemen isu dianggap bersifat proaktif karena berupaya mengenali potensi perubahan, baik di lingkungan internal maupun eksternal organisasi, serta berusaha memengaruhi keputusan terkait dengan perubahan tersebut sebelum dampak negatifnya terjadi. Selain itu, manajemen isu juga mencakup pengenalan perubahan potensial yang mungkin membawa dampak positif bagi organisasi. Dengan menerapkan manajemen isu, organisasi dapat mengkomunikasikan perubahan potensial yang bersifat positif kepada publik. Dengan kata lain, manajemen isu melibatkan proyeksi ke depan untuk mengidentifikasi tren dan peristiwa yang berpotensi mempengaruhi modus operandi suatu organisasi.

Terdapat empat metode utama yang umumnya diterapkan dalam menganalisis manajemen isu, yaitu pendekatan sistem (system approach), pendekatan strategis pengurangan ketidakpastian (strategic reduction of uncertainty approach), serta pendekatan retoris (rhetorical approach). Sebuah metode terkini yang diperkenalkan oleh Taylor, Vasquez, dan Doorley dikenal sebagai pendekatan terintegrasi (engagement approach), yang mengatasi keterpisahan, mendorong komunikasi, dan merangsang reformasi.

2. Komunikasi krisis

Komunikasi krisis merupakan aspek kunci dalam manajemen krisis yang bertujuan untuk mengelola informasi, membangun pemahaman bersama, dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu peristiwa krisis. mengutip dari buku Inadia tentang PR dan Disrupsi: Apa yang Harus Dilakukan Praktisi PR Menghadapi Perubahan Era Digital (2018) Coombs berpendapat bahwa komunikasi krisis berfokus pada kategori krisis dan respon krisis. Adapun pertanyaan yang menjadi prioritas suatu korporasi yaitu apa yang harus organisasi atau korporasi katakan dan apa yang menjadi tugas dan langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah krisis? Respon krisis sangat terlihat pada stakeholder internal dan eksternal, serta sangat penting untuk efektivitas upaya manajemen krisis.

Coombs mencontohkan krisis respon yang tidak benar akan membuat situasi bertambah buruk. Menurut Cornelissen (2017) tujuan utama dari corporate communication adalah untuk melindungi reputasi perusahaan seiring dengan perkembangan krisis dan untuk mengurangi kehancuran citra perusahaan.

Mengidentifikasi dan memahami akar penyebab suatu situasi memiliki relevansi signifikan dalam konteks komunikasi krisis. Untuk mencapai pemahaman yang mendalam terhadap latar belakang dan potensi dampak suatu masalah, tim komunikasi krisis perlu menjalin kerjasama yang erat dengan semua pemangku kepentingan yang terlibat. Pengetahuan yang diperoleh dari kerjasama ini berfungsi sebagai dasar untuk merancang strategi komunikasi yang efektif dan taktik respons yang tepat. Dalam konteks komunikasi krisis, respons yang cepat dan transparan menjadi hal yang krusial. Dalam upaya menghindari penyebaran informasi yang tidak akurat atau sulit dikendalikan, komunikasi harus dilakukan tanpa penundaan seiring dengan berkembangnya krisis. Komunikasi yang transparan, yang menyajikan informasi yang jujur dan menyeluruh, terutama dalam situasi yang penuh tantangan, menjadi landasan yang penting. Salas berpendapat Penting juga untuk menyadari bahwa strategi komunikasi krisis perlu disesuaikan dengan kebutuhan berbagai kelompok pemangku kepentingan, termasuk pekerja, pelanggan, investor, dan masyarakat umum (Salas dalam Octavia et al., 2023).


Metodologi

Prosesing data dalam konteks penelitian merujuk pada aktivitas pengumpulan dan konversi kumpulan data menjadi informasi yang memiliki nilai dan dapat digunakan. Tahapan ini melibatkan upaya seorang peneliti atau ahli data untuk mentransformasikan data mentah menjadi format yang lebih terbaca. Alat-alat seperti grafik, laporan, atau diagram dapat digunakan baik secara manual maupun otomatis dalam proses ini. Informasi yang dihasilkan dari proses ini akan digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam, mengatasi permasalahan, melakukan perbaikan, dan pada akhirnya mencapai hasil yang lebih optimal.

Dalam metode penelitian ini, peneliti mengadopsi strategi penelitian kualitatif untuk mengevaluasi literatur jurnal. Metode rantai peristiwa digunakan untuk mengakses jurnal, e-book, buku kedokteran, dan situs web resmi sebagai sumber data. Data yang terkumpul kemudian diartikan melalui analisis sejumlah catatan, termasuk informasi yang diunduh dari surat kabar yang diterbitkan di Google Scholar dan situs berita yang memiliki keabsahan yang terjamin. Melalui tinjauan literatur ini, peneliti memberikan observasi terhadap ide, struktur keprihatinan, serta hipotesis yang muncul dari beragam sumber.

Hasil dan Pembahasan

Dalam menghadapi informasi hoaks terkait fatwa MUI, PT. Unilever merespon dengan cepat dan transparan. Mereka menyampaikan klarifikasi melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk media sosial resmi dan konferensi pers. Walaupun tidak secara gamblang menjelasan tidak terikatannya dengan isu yang diberitakan, dengan jawaban Presdir Unilever Indonesia, Ira Noviarti dalam wawancaranya yang dikutip dari portal berita bisnis.com (2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun