Ketahanan Pangan dan Peran Masyarakat
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, dan terjangkau. Tidak hanya soal jumlah, ketahanan pangan juga menyangkut akses masyarakat terhadap pangan yang bergizi dan berkelanjutan. Dalam konteks pedesaan, upaya menuju ketahanan pangan menjadi semakin penting karena langsung berkaitan dengan kesejahteraan keluarga dan keberlangsungan hidup masyarakat.
Salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Meski sering dianggap sempit dan kurang produktif, pekarangan sebenarnya memiliki potensi besar untuk ditanami berbagai jenis tanaman sayuran dan buah yang bisa menopang kebutuhan pangan keluarga sehari-hari. Melalui wadah Kelompok Wanita Tani (KWT), kegiatan ini dapat dirasakan manfaatnya oleh lebih banyak orang, terutama para anggota kelompok.
Awal Perjalanan: Dari Kekurangan Air Hingga Gotong Royong
Lebih dari satu tahun terakhir, Penyuluh Pertanian Desa Kapedi bersama KWT Baitul Makmur berkomitmen menghidupkan kelompok dengan berbagai kegiatan pertanian. Salah satu program yang digalakkan adalah pemanfaatan pekarangan untuk budidaya sayuran. Namun, perjalanan tersebut tidaklah mudah.
Tantangan terbesar di awal kegiatan adalah ketersediaan air. Seorang anggota bahkan pernah berkeluh kesah, "Kalau musim kemarau, bahkan untuk wudhu saja di tempat kami susah, Pak." Kondisi ini menggambarkan betapa sulitnya masyarakat Desa Kapedi dalam memenuhi kebutuhan dasar, apalagi untuk kegiatan bercocok tanam.
Namun, berkat semangat gotong royong yang kuat antara petani, anggota kelompok, dan penyuluh pertanian, akhirnya kelompok berinisiatif melakukan pengeboran air. Hasilnya, bukan hanya kebutuhan sehari-hari yang terbantu, tetapi juga kegiatan pertanian di pekarangan dapat terus berjalan.
Peran Penyuluh dan Semangat Kolektif
Muhammad Daidi, selaku Penyuluh Pertanian Desa Kapedi, memberikan apresiasi tinggi terhadap kekompakan para anggota kelompok. Ia bahkan mengaku semakin bersemangat melihat antusiasme masyarakat. "Dengan cerita awal yang sangat menyentuh, kami berkomitmen untuk melaksanakan pertemuan rutin setiap dua minggu sekali. Dalam pertemuan itu, kita membahas kegiatan pertanian, permasalahan yang muncul, sekaligus mencari solusi bersama," ujarnya.
Lebih jauh, Muhammad Daidi tidak segan untuk mengeluarkan dana pribadi guna mendukung kelompok. Ia pernah membeli benih sayuran dan pupuk dasar yang dibutuhkan untuk kegiatan bersama. Tindakan tersebut mencerminkan dedikasi seorang penyuluh pertanian dalam mendampingi petani dan memastikan kegiatan kelompok tetap berjalan.