Mohon tunggu...
Dahlan Khatami
Dahlan Khatami Mohon Tunggu... Lainnya - blablablabla

Hanya menulis yang terlintas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita dari Warkop: Orang Dikejar-kejar Dead Line

17 Agustus 2021   16:49 Diperbarui: 17 Agustus 2021   16:56 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

berjejalan berbalap-balap ria menuju tempat mengais rejeki. Dimana-mana rejeki bertebaran tanpa mengenal siapa. Deretan jalan trotoar bukan sekadar tempat untuk berjalan namun juga tempat berjualan. Ya, dimana pun rejeki dapat bertempat tinggal.

kerjaan yang menumpuk menyesakkan dada dan mengebul di dalam kepala. Kerjaan mengejar kebutuhan terus menuntut dan kehidupan terus berjalan. 

Sebagai kaum kota kelas menengah membutuhkan tempat bersemedi untuk mencari ilhamnya. Mau ke kedai kopi kekinian kok mahal mending buat makan nasi padang. Tapi demi tren ada yang rela mengorbankan biaya makan buat bayar kopi kekinian untuk menikmati kuilnya.

Namun setiap orang memiliki kuilnya sendiri tidak ada yang benar-benar sama seperti seragam sekolah. Badan sudah remuk kepala sudah berasap dan hati sudah gundah gelisah. 

Sebagai lapisan kelas menangah sedikit kebawah membutuhkan kuil yang menjadi tempatnya untuk bersemedi. Mencari ilham untuk jalan keluar dari mentoknya mengerjakan kerjaan yang menjadi deadlinenya.

Dalam sudut-sudut kota Jakarta berjalan memasuki pemukiman warga. Terlihat hanya pemukiman namun ternyata memiliki gemerlapnya sendiri. Menjajakan aneka jajanan untuk dinikmati oleh mereka yang tinggal di sekitarnya. Dan setiap orang yang melintasi jalan itu dengan kendaraan bermotornya.

Berjualan dengan cukup bervariasi mulai dari gerobak, rumah hingga kios. Di antara jajanan yang jajakan ada satu yang menjadi perhatian. Sebuah kios dengan lampu putih yang terang benderang. Terdapat bungkus mie kemasan yang terpajang dengan warna-warni. Dengan aneka rasa yang beragam. Minuman saset yang di gantung dengan jenis yang beragam. Membuat mata tergugah melihat untuk memilihnya.

Bangku dan meja panjang yang membuat tidak ada jarak antar pelanggan. Dan pembeli yang cukup terbuka dan ramah pada siapa pun. Memilih tempat dekat tembok bersama meja dan kursi yang juga mepet dengannya. Meletakkan tas lalu mengeluarkan sebuah laptop yang berisi setumpuk kejaran kerjaan. Earphone dengan bass yang membuat siapa pun tuli dibuatnya.

Tidak lupa memesan kopi hitam dalam kemasan. Yang disajikan dengan air panas bersama gula yang sudah menyatu dengan kopinya. Kacang-kacangan yang berjejer menggoda mata saat memandanginya. Tergiur dengannya melalui menyobeknya lalu meletakkannya di atas meja tepat di sebelah laptop.

Membuka layarnya lalu menghidupkannya dan tadaaa seabrek kerjaan menari-nari di depan mata. Sluuuurrrppp bunyi menikmati kopi terdengar dengan merdu. Jari telunjuk yang menggedor-gedor touch pad membeberkan kerjaan yang mumet. Membuat mata terbelalak bukan main saat melihatnya.

Jari-jari tangan menari di atas keyboard dengan indah. Sentuhannnya menghasilkan musik yang menemani. Layar pun menampilkan tontonan yang pusing untuk dilihat. Namun menimbulkan harapan untuk selesainya tuntutan yang selalu menghantui. Kipas angin yang demokratis membagi-bagikan anginnya pada seluruh pengunjung. Membuat panas di dalam diri menjadi sejuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun