Namun demikian, Graeber secara kritis mencatat, dengan mengutip antropolog Cambridge, Caroline Humphrey, bahwa masalah mendasar dari narasi ini adalah: "Tidak ada contoh ekonomi barter, murni dan sederhana, yang pernah dijelaskan, apalagi kemunculan uang dari sistem itu; semua etnografi yang tersedia menunjukkan bahwa hal seperti itu tidak pernah ada." Pernyataan ini menjadi fondasi bagi argumentasi teori uang kredit, yang menunjukkan bahwa utang dan kredit, bukanlah barter, adalah bentuk awal dari transaksi ekonomi. Masyarakat sering kali beroperasi berdasarkan sistem kredit sosial dan kewajiban timbal-balik yang dicatat, sebelum uang fisik muncul.
Penting untuk dicatat bahwa narasi antropologis yang membongkar "mitos barter" ini didasarkan pada pencarian ekonomi barter dalam konteks internal komunitas. Namun, seperti yang dicatat oleh Engels (dan tentunya Karl Marx), perkembangan pertukaran komoditas melalui barter awalnya tidak terjadi secara internal dalam komunitas. Namun, transaksi barter sering kali dimulai secara eksternal, di tepi atau perbatasan di mana suku-suku yang berbeda berinteraksi untuk menukar surplus produk masing-masing.
"Menurut teori kredit uang: Kisah tentang barter sebagai awal dari sistem ekonomi adalah mitos ideologis, yang dimunculkan oleh para ekonom klasik untuk mendukung asumsi pasar bebas dan rasionalitas ekonomi individual. Narasi ini bertujuan untuk mengaburkan fakta bahwa ekonomi selalu bersifat sosial dan politik, bahkan sebelum munculnya negara dan sistem pasar formal yang modern. Uang tidak 'diciptakan' secara netral, melainkan dibentuk oleh kekuasaan: oleh negara, oleh otoritas agama, atau oleh institusi sosial tertentu yang bisa menetapkan standar dan mengklaim hak untuk mencatat utang."
Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika "tidak ada contoh ekonomi barter" murni yang dapat ditemukan secara historis dalam arti internal masyarakat, karena pertukaran komoditas dan uang muncul sebagai respons terhadap kebutuhan yang lebih kompleks yang melampaui barter sederhana dalam komunitas mandiri, seperti perdagangan jarak jauh dan pembentukan masyarakat kelas dengan spesialisasi yang lebih besar.
Komoditas dan pertukaran berkembang ketika masyarakat mengalami diferensiasi produksi dan spesialisasi, serta ketika kelompok yang berbeda berinteraksi secara ekonomi dan sosial. Dari sini kemudian tumbuh kebutuhan akan standar nilai yang bisa digunakan lintas komunitas: awal mula dari bentuk awal uang.
Dengan demikian, teori kredit uang tidak menafikan pertukaran atau barter, tetapi menolak bahwa barter adalah fondasi utama dari kemunculan uang. Uang muncul bukan sebagai alat tukar netral, tetapi sebagai representasi hubungan sosial dan kekuasaan --- terutama dalam bentuk utang.
Uang sebagai Unit Akun: Mengungkap Esensi Uang di Luar Bentuk Fisiknya
Bagi para pendukung teori uang kredit atau utang, yang berbeda secara fundamental dari pandangan ahli ekonomi klasik dan teori uang komoditas mereka, peran utama uang bukanlah sebagai alat tukar, melainkan sebagai unit akun[1]. Di era kapitalisme modern dengan sistem kreditnya yang sangat berkembang, perbankan fractional reserve, dan transfer elektronik, gagasan bahwa uang melampaui sekadar koin dan uang tunai yang beredar mungkin tampak jelas.
Perspektif ekonomi klasik semakin ditantang oleh pendekatan yang lebih kontemporer, yakni teori kredit uang (credit theory of money)Â yang menekankan bahwa esensi uang bukanlah benda, tetapi hubungan sosial yang memengaruhi dan dipengaruhinya --- khususnya dalam bentuk unit akun (unit of account) yang mencatat utang dan klaim dalam sistem ekonomi.
Akan tetapi, pada masa teoretisi ekonomi klasik seperti Adam Smith dan David Ricardo, gagasan semacam itu belumlah lazim adanya. Bahkan hingga hari ini, pascakrisis perbankan 2008 dan berlanjutnya gelembung kredit serta quantitative easing, masih ada pihak yang menyerukan kembalinya standar emas, yang menunjukkan bahwa pemahaman esensial tentang uang masih diperdebatkan.
Menurut teori ini:
Uang muncul bukan dari kebutuhan untuk menukar barang, tetapi dari kebutuhan untuk mencatat dan menyelesaikan kewajiban antaranggota masyarakat. Artinya, peran utama uang adalah sebagai perangkat informasi, bukan sekadar alat transaksi. Hal ini dapat dikaitkan dengan munculnya sistem perbankan modern, di mana sebagian besar uang tidak berbentuk fisik, tetapi hanya entri digital di dalam akun-akun bank --- yang tetap diakui sebagai representasi nilai dan alat pembayaran.
David Graeber, dalam bukunya Debt: The First 5,000 Years, secara tegas mendukung pandangan ini, menekankan bahwa "Kita tidak memulai dengan barter, menemukan uang, dan kemudian akhirnya mengembangkan sistem kredit. Itu terjadi justru sebaliknya. Apa yang sekarang kita sebut uang virtual datang lebih dulu. Koin datang jauh kemudian, dan penggunaannya menyebar secara tidak merata, tidak pernah sepenuhnya menggantikan sistem kredit." Ini berarti bahwa sistem pencatatan utang dan kewajiban komunal (uang virtual atau unit akun) mendahului munculnya uang fisik seperti koin.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!