Mohon tunggu...
Daffa Imam
Daffa Imam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Baca-Nulis-Tidur-Repeat

Rakyat biasa yang coba kritis, sedikit narsis, berkumis.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Keberagaman Watak Kakek sebagai Anggota Masyarakat dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami

16 Desember 2022   18:30 Diperbarui: 16 Desember 2022   18:32 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Gramedia Pustaka Utama

Watak tokoh Kakek yang digambarkan dalam cerpen ini berbeda sekali dengan tokoh Kakek yang terdapat dalam cerpen "Robohnya Surau Kami". Tokoh Kakek di dalam cerpen ini diceritakan sebagai sosok kakek yang memiliki pola pemikiran seperti orang tua pada umumnya yang menginginkan anak atau cucu kesayangannya dapat menjelma menjadi sosok yang sukses seperti yang diidam-idamkan. Tokoh Kakek di dalam cerpen ini digambarkan sebagai seorang Kakek yang rela melakukan apa saja demi keberhasilan anak atau cucunya di masa yang akan datang.

"Di waktu mudanya Ompi menjadi klerk di kantor Residen. Maka sempatlah ia mengumpulkan harta yang lumayan banyaknya. Semenjak istrinya meninggal dua belas tahun berselang, perhatiannya tertumpah kepada anak tunggalnya, laki-laki."

Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana tokoh Ompi berusaha memberikan yang terbaik demi keberhasilan anaknya menggapai cita-citanya. Gambaran tokoh Ompi ini oleh A. A. Navis dapat terjadi karena kondisi masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki pikiran yang turun-temurun diwariskan kepada generasi selanjutnya, yaitu keinginan melihat anaknya sukses sehingga melakukan apapun yang bisa dilakukan. Penggambaran tokoh Ompi di dalam cerpen ini terasa sangat dekat dengan pembaca karena pembaca dibuat merasakan sendiri ketulusan dan kesungguhan usaha Ompi yang tercermin di dalam sosok ayah atau kakek mereka sendiri.

Watak Kakek dalam Cerpen "Nasihat-Nasihat"

Tokoh Kakek dalam cerpen "Nasihat-Nasihat" karya A. A. Navis merupakan penggambaran seorang kakek-kakek yang umum ditemui di sekitar kita sekaligus juga kritik terhadap apa yang dipegang teguh oleh generasi tua. Tokoh Kakek dalam cerpen tersebut digambarkan sebagai sosok yang merasa paling mengetahui tentang apa yang harus dilakukan di dalam menghadapi masalah seputar kehidupan dan mempunyai prinsip bahwa apapun yang terjadi haruslah sesuai dengan nasihat yang ia berikan.

Sekilas, pemikiran seperti ini sudah dianggap kolot oleh sebagian orang. Generasi muda dipaksa untuk menjalankan apa yang menurut generasi tua baik dilakukan karena sesuai dengan zaman ketika mereka hidup. Pemikiran ini berlawanan dengan pemikiran konservatif yang lebih luwes dalam menghadapi permasalahan kehidupan.


"Nasihat orang tua itu selamanya berharga. Karena itu, setiap orang tak berani memulai sesuatu sebelum diminta nasihatnya. Dan jikalau orang lupa meminta nasihat kepadanya, mereka itu merasa berdosa sekali."

Kutipan tersebut memberikan gambaran bahwa nasihat yang diberikan oleh tokoh Kakek tersebut merupakan nasihat yang sakral, yang benar-benar harus dijalankan oleh orang yang diberi nasihat, terlepas dari setuju atau tidak ia dengan apa yang diucapkan oleh tokoh Kakek tersebut. Apabila ada ketidaksetujuan, maka tokoh Kakek tersebut akan berlindung di dalam kalimat klise bahwa ia telah hidup lebih lama dari yang meminta nasihat.

Tokoh Kakek tersebut juga merupakan kritik A. A. Navis terhadap hierarki yang terbentuk di dalam masyarakat di mana sering terjadi bahwa baik-buruknya sebuah keputusan ditentukan oleh nasihat yang diberikan oleh orang yang dianggap sepuh dan berpengalaman. Nyatanya, nasihat orang tua tersebut dapat dijadikan sebuah refleksi atau pengingat dalam mengambil keputusan, bukan penentu sebuah keputusan. A. A. Navis mencoba mendobrak kebiasaan tersebut dengan memberikan pesan implisit bahwa tidak semua yang dinasihatkan oleh orang tua atau tokoh Kakek tersebut memang merupakan jalan terbaik bagi orang yang meminta nasihat. A. A. Navis pun mencoba memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa belum tentu apa yang disampaikan oleh orang tua itu mutlak melupakan kebenaran. Tokoh Kakek tersebut pun manusia, tak luput dari kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang biasanya tak ingin diakui oleh kalangan tua ketika hidup bermasyarakat di lingkungan sekitar.

Berdasarkan data yang ditemui, dapat disimpulkan bahwa tokoh Kakek dalam cerita pendek "Robohnya Surau Kami", "Anak Kebanggaan", dan "Nasihat-Nasihat" yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek Robohnya Surau Kami karya A. A. Navis memiliki watak yang beragam, berbeda dengan apa yang menjadi doktrin di masyarakat umum bahwa seorang kakek kerap diceritakan memiliki sifat-sifat baik dan bijaksana.

Kenyataannya, di dalam cerita pendek "Robohnya Surau Kami", tokoh Kakek digambarkan memiliki watak yang mudah terbawa arus dan tidak memiliki pegangan yang konsisten. Hal tersebut tergambar dari pilihan tokoh Kakek yang selama ini menjadi garin akhirnya melakukan bunuh diri setelah mendengar dongeng Ajo Sidi tentang orang yang selalu memuja dan beribadah kepada Allah Swt., namun tidak masuk surga karena waktunya hanya digunakan untuk beribadah, tidak berusaha menghidupi anak istrinya sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun