SISTEM PENDIDIKAN YANG PERLU BERTRANSFORMASI
Kurikulum serta sistem pendidikan di Indonesia juga perlu bertransformasi dengan signifikan agar dapat mendukung generasi mendatang dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Sistem pendidikan yang mulai diterapkan pada tahun 2022 hingga 2024 akhir khususnya Kurikulum Merdeka yang digagas dan dikembangkan oleh Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan sebelumnya yaitu Nadiem Makarim, dirasa kurang maksimal  bahkan dicap gagal oleh beberapa kalangan masyarakat dalam membangun generasi penerus bangsa. Kurikulum yang terinspirasi dari sistem pendidikan di negara Finlandia ini yang berorientasi kepada kebebasan para siswa masih dikatakan kurang dalam membuahkan hasil yang ideal dan merata.
Bagaimana tidak, bukannya menumbuhkan siswa yang dapat berpikir secara kritis dan kreatif, pada penerapan kurikulum merdeka ini sudah cukup terlalu banyak kasus yang sangat tidak mencerminkan nilai serta moral bangsa yang baik. Mulai dari kasus bullying sesama teman bahkan hingga dialami oleh guru sudah banyak terjadi pada penerapan kurikulum merdeka. Konsep merdeka belajar sering kali disalahpahami sebagai kebebasan penuh untuk belajar sesuai keinginan siswa, tanpa struktur yang jelas. Ini menyebabkan kebingungan di antara siswa, orang tua, dan guru tentang bagaimana kurikulum ini harus diterapkan. Beberapa orang tua merasa bahwa anak-anak mereka telah kehilangan arah dan tujuan dalam kegiatan belajar karena pendekatan yang lebih longgar ini, sementara sebagian guru merasa sulit untuk menyeimbangkan kebebasan dalam belajar dengan pencapaian hasil pembelajaran yang diharapkan.
Lalu untuk sistem penerimaan peserta didik baru, pemerintah harus bisa segera menangani masalah ini dengan cepat dan tepat. Sistem zonasi pada proses PPDB yang telah diterapkan ternyata memiliki dampak negatif yang cukup serius, salah satunya kemungkinan yang paling cukup disayangkan yaitu hilangnya gairah dan minat belajar siswa yang kompeten dan berprestasi karena jarak rumah menuju sekolah tidak sesuai syarat pada sistem zonasi ini. Siswa berprestasi seringkali kehilangan motivasi ketika tidak dapat diterima di sekolah favorit atau sekolah yang menawarkan program unggulan karena faktor jarak rumah. Sistem zonasi membuat mereka harus memilih sekolah terdekat yang mungkin tidak memiliki standar akademik, fasilitas, atau kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat mereka. Akibatnya, mereka merasa bakat dan kemampuan yang telah dikembangkan tidak mendapatkan tempat yang layak, yang bisa menyebabkan kekecewaan dan penurunan semangat belajar.
Agar sistem zonasi dapat berjalan efektif tanpa mengorbankan semangat dan motivasi siswa berprestasi, beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan oleh pemangku kebijakan sekaligus pemerintah, di antaranya:
- Pemerataan Fasilitas dan Kualitas Sekolah: Pemerintah perlu mempercepat pemerataan kualitas pendidikan dengan meningkatkan fasilitas, pelatihan guru, dan dukungan di sekolah-sekolah yang kurang berkembang. Jika semua sekolah memiliki standar pendidikan yang sama baiknya, siswa akan merasa nyaman bersekolah di manapun, tanpa harus mengejar sekolah favorit.
- Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Sekolah Lokal: Sekolah-sekolah yang berada di area pemukiman atau daerah terpencil perlu mendapatkan perhatian khusus agar kualitas pendidikan mereka memiliki daya saing dengan sekolah favorit yang lainnya. Program peningkatan kualitas dan fasilitas pendidikan di sekolah lokal akan mengurangi keinginan siswa untuk memilih sekolah favorit di luar zonasi.
- Meningkatkan Transparansi dalam Seleksi Zonasi: Sistem zonasi harus dilaksanakan dengan lebih transparan untuk menghindari praktik kecurangan. Pemerintah dapat melakukan verifikasi alamat yang lebih ketat dan memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang adil untuk mendapatkan akses pendidikan.
SOLUSI UNTUK SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA
Pendidikan berbasis proyek atau project-based learning dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan metode ini, siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan bekerja dalam tim, yang mana itu semua merupakan keterampilan penting di era modern. Selain itu, sistem pendidikan juga harus mendorong kolaborasi antara sekolah dan dunia industri agar siswa dapat mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Sistem penilaian juga perlu diubah agar lebih menekankan pada aspek-aspek yang mencerminkan kemampuan dan perkembangan siswa secara menyeluruh, bukan hanya dari sisi akademik. Penilaian yang holistik akan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta mempertimbangkan keterampilan hidup seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berpikir kritis. Dengan penilaian yang lebih holistik, siswa akan lebih termotivasi untuk mengembangkan diri secara utuh dan tidak hanya fokus pada nilai akademik.
PERAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN BERKUALITAS GURU
Pemerintah memiliki peran penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang mendukung cita-cita Indonesia Emas 2045. Selain menyediakan anggaran yang memadai, pemerintah juga harus memastikan bahwa kebijakan pendidikan yang dibuat bersifat inklusif dan berkelanjutan. Pengembangan sekolah-sekolah di daerah terpencil harus menjadi prioritas, agar tidak terjadi kesenjangan kualitas pendidikan di antara wilayah perkotaan dengan pedesaan. Pemerintah juga perlu memperhatikan kesejahteraan guru beserta hak-haknya, khususnya di daerah terpencil, agar mereka dapat mengajar dengan lebih baik dan memiliki motivasi yang tinggi dalam mendidik generasi muda. Selain itu, masyarakat juga harus terlibat aktif dalam proses pendidikan. Orang tua, sebagai pendidik pertama, memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter dan nilai-nilai dasar pada anak-anak mereka. Dalam era digital ini, orang tua harus lebih peka dan bijak dalam membimbing anak-anak mereka dalam penggunaan teknologi, serta memberikan contoh yang baik tentang etika dalam menggunakan media sosial. Selain itu, kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan suatu komunitas juga penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa.
TANTANGAN MENUJU INDONESIA EMAS 2045 DALAM BIDANG PENDIDIKAN