Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta || Nasionalis-marhaenis || Adil sejak dalam pikiran..

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tjokroaminoto & Gang Peneleh: Pusat Laboratorium Revolusi Kemerdekaan Indonesia

26 Maret 2025   08:00 Diperbarui: 27 Maret 2025   06:41 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: The Jakarta Post)

Bahkan Tjokroaminoto memiliki seorang istri yang menjalankan rumah kos untuk anak-anak sekolah di rumahnya. Rumah ini pun menjadi tempat tinggal bagi sejumlah tokoh yang kelak akan mendirikan Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan berbagai gerakan radikal lainnya.

Sukarno: Anak Asuh Tjokroaminoto yang Menjadi Pemimpin Bangsa

Salah satu tokoh yang muncul dari rumah Tjokroaminoto adalah Sukarno. Pada tahun 1916, Sukarno yang baru berusia 15 tahun datang ke Surabaya dan tinggal di rumah Tjokroaminoto. 

Meskipun pada awalnya ia merasa homesick dan hidup dengan serbakekurangan, ia segera terpesona dengan ideologi dan dinamika politik yang berkembang di rumah itu. Sukarno pun menganggap Tjokroaminoto sebagai sosok ayah dan gurunya, yang mengajarinya banyak hal tentang nasionalisme dan perjuangan untuk kemerdekaan.

(Sumber Gambar: Ikrom Zein Blog)
(Sumber Gambar: Ikrom Zein Blog)

Berdasarkan buku Revolusi, Van Reybrouck menyoroti bagaimana pertemuan-pertemuan di rumah Tjokroaminoto memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan karakter Sukarno di kemudian hari. Ia belajar tentang bagaimana menggabungkan agama, politik, dan kebangsaan (nasionalisme) untuk melawan penjajahan.

Kendati Sukarno dan Tjokroaminoto memiliki perbedaan dalam pandangan mengenai “negara Islam”, keduanya tetap memiliki hubungan yang sangat erat. 

Sukarno mengakui bahwa Tjokroaminoto adalah sosok yang sangat menginspirasi perjuangannya untuk bergerak bersama PNI, Partindo, dan bergerak bersama Hatta-Sjahrir. Kisah Sukarno ini juga menggambarkan pentingnya pendidikan politik informal yang terjadi di luar jalur pendidikan formal kolonial.

Tiga Gerakan Besar: Islam Politik, Komunisme, dan Nasionalisme

Van Reybrouck mengidentifikasikan tiga gerakan ideologi besar yang berusaha menantang kolonialisme pada periode awal abad ke-20, yakni Islam politik, komunisme, dan nasionalisme. Masing-masing gerakan ini, memiliki pengaruh yang besar terhadap pergerakan kemerdekaan Indonesia pada masa Revolusi, meskipun muncul dalam konteks yang berbeda. 

Pada awalnya, gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya terpisah satu sama lain dan sering kali terjadi tumpang tindih antara satu dengan yang lainnya.

1. Islam Politik

(Sumber Gambar: Koleksi Partai Masyumi)
(Sumber Gambar: Koleksi Partai Masyumi)
Gerakan ini dipelopori oleh Sarekat Islam yang didirikan oleh Tjokroaminoto dan dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Haji Agus Salim. Sarekat Islam pada awalnya berfokus pada perlindungan ekonomi dan sosial bagi masyarakat Muslim pribumi, tetapi berkembang menjadi gerakan yang lebih radikal dengan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun