Pendahuluan
David Van Reybrouck, dalam bukunya Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World, mengawali kisah Revolusi Indonesia melalui gambaran yang mengesankan tentang sebuah tragedi kapal uap yang tenggelam di tengah lautan. Â Prolog ini tidak hanya menggambarkan peristiwa dramatis yang mengerikan, tetapi juga menggunakan metafora dengan makna mendalam untuk mencerminkan proses revolusioner yang terjadi di Indonesia.
Dalam prolog bukunya, kapal yang tenggelam di dalam narasinya menjadi simbol dari kekuatan kolonial yang semakin rapuh. Selain itu, kapal yang tenggelam (kekuasaan kolonial yang makin lama makin rapuh) pun menjadi momen transformasi besar-besaran dan radikal yang melanda Indonesia di tengah perjalanan menuju kemerdekaannya.
Gambaran Tragedi Kapal Uap: Sebuah Metafora Revolusi
Prolog dimulai dengan gambaran-gambaran mengenai kedamaian tentang Laut Jawa yang sangat tenang, di mana lautan ini disinari oleh sinar rembulan yang memantulkan kilauan putih pada permukaan air yang gelap. Gambaran ini menciptakan kesan ketenangan yang rapuh, yang menggambarkan kondisi dunia kolonial Indonesia pada masa itu---tenang, tetapi penuh dengan ketegangan dan konflik yang tersembunyi. Gambaran ini kemudian memberikan kesan bahwa, meskipun keadaan Indonesia terlihat stabil, terdapat pergerakan di bawah tanah dan ketidakpastian yang tidak terlihat oleh banyak orang.
Akan tetapi, ketenangan ini segera terganggu oleh kedatangan kapal uap yang semakin mendekat. Sebuah kapal besar dengan cerobong asap yang mengepul, membawa penumpang dan barang, yang menandakan kehadiran kolonialisme yang angkuh dan tak terbantahkan untuk menjajah Indonesia.Â
Kapal ini, dengan lambang kekuatan dan kemegahannya, sedang menghadapi takdir yang tragis: tenggelam. Proses tenggelamnya kapal, mulai dari kapal yang miring hingga akhirnya terbalik dan menenggelamkan banyak orang, menjadi sebuah metafora yang kuat untuk kehancuran kekuatan kolonial Belanda dan akan hadirnya transformasi besar-besaran dan sangat radikal.
Kapal sebagai Simbol Kekuasaan Kolonial
Kapal uap yang digambarkan dalam prolog ini bukan hanya sebuah alat transportasi an sich, melainkan juga menjadikan kapal uap sebagai simbol kekuasaan kolonial yang pernah begitu dominan di Indonesia. Kapal yang berlayar di Laut Jawa membawa beban-beban besar, baik dalam arti fisik maupun simbolik.Â
Kapal yang "memiring" dan kemudian "terbalik" menggambarkan ketidakstabilan yang tersembunyi dalam kekuasaan yang tampaknya kokoh, serupa dengan dominasi kolonial Belanda yang akhirnya tidak dapat bertahan oleh arus pergerakan nasional.
Keadaan kapal yang terus-menerus miring, miring, dan miring, sehingga semakin jauh dari pusat keseimbangannya, menggambarkan proses ketegangan dalam masyarakat kolonial yang mendekati titik puncak untuk kejatuhannya.Â
Kejatuhan kapal yang mengguncang penumpang yang ada di atasnya mencerminkan bagaimana revolusi yang terjadi di Indonesia juga disertai dengan gejolak dan ketakutan, ketika kekuatan kolonial mulai kehilangan kontrol dan kendalinya atas Kepulauan Hindia.
Kekacauan dan Tragedi sebagai Cerminan Revolusi
Deskripsi tentang kekacauan yang terjadi di atas kapal, dengan orang-orang yang terjatuh ke laut dan tenggelam, menjadi gambaran yang kuat dari ketegangan sosial dan kekerasan yang terjadi selama masa-masa revolusi Indonesia.Â