Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta || Nasionalis-marhaenis || Adil sejak dalam pikiran..

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Strategi Penjajah Belanda untuk Melemahkan Kekuatan Pasar Umat Islam Nusantara

15 Februari 2025   07:35 Diperbarui: 15 Februari 2025   07:35 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kapal perampok dari Belanda berkedok 3G (Gold, Glory, Gospel) sedang berlayar menuju Nusantara (Sumber: Emaze)

A. Pendahuluan

Penguasaan pasar oleh umat Islam pada masa lampau menjadi salah satu pilar penting bagi kekuatan ekonomi dan kedaulatan mereka. Namun, keberadaan penjajah Barat tidak hanya bertujuan untuk mengekspoitasi sumber daya alam negara jajahan, tetapi juga secara sistematis berupaya mematahkan potensi pasar yang dikuasai umat Islam.

Oleh karena itulah, Ahmad Mansur Suryanegara dalam pemikirannya di API SEJARAH menguraikan bahwasanya strategi penjajah Barat melibatkan berbagai cara, termasuk upaya untuk mendominasi organisasi niaga, penghancuran mentalitas kewirausahaan, hingga memanipulasi sejarah.  Artikel singkat ini akan membahas upaya-upaya tersebut secara holistik, dampaknya terhadap umat Islam, dan relevansinya dalam konteks keindonesiaan.

B. Strategi Organisasi Niaga Penjajah

Penjajah Barat seperti Belanda, Inggris, dan Prancis datang ke Nusantara dengan membawa organisasi niaga yang kuat dan kokoh, seperti:

  • Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC): Organisasi niaga dari Kerajaan Protestan-Belanda yang bertujuan memonopoli perdagangan di kawasan Nusantara.
  • East India Company (EIC): Lembaga niaga dari Kerajaan Anglikan Inggris yang bersaing dalam penguasaan jalur rempah.
  • Compagnie des Indes Orientales (CIO): Organisasi perdagangan dari Kerajaan Katolik Prancis yang berusaha memperluas pengaruh ekonomi dan politik.

Ketiga organisasi ini tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi, tetapi juga menjadi alat politik untuk memperluas imperialisme dan kolonialisme. Mereka menggunakan kekuatan militer untuk memonopoli jalur perdagangan laut dan darat, sekaligus menghancurkan jaringan ekonomi umat Islam yang berbasis maritim.

1. Menghilangkan Kesadaran Berdagang Umat Islam

Salah satu tujuan utama penjajah Barat adalah melemahkan potensi dari kemampuan berdagang dari umat Islam. Mereka menggunakan strategi:

  • Penguasaan Pasar Laut dan Darat: Penjajah menciptakan hambatan perdagangan bagi umat Islam, baik melalui pajak yang tinggi maupun penyitaan aset-aset perdagangan. Jalur niaga maritim yang sebelumnya dikuasai oleh para pedagang Muslim dialihkan ke tangan penjajah.
  • Penciptaan Mentalitas Ketergantungan: Penjajah menanamkan pola pikir bahwa umat Islam hanya layak menjadi pegawai atau buruh. Hal ini mematikan semangat berdagang dari umat, sehingga umat Islam kehilangan kendali atas perekonomian mereka sendiri.

2. Manipulasi Sejarah: Distorsi Kisah Wali Sanga

Untuk memperkuat dominasi penjajahannya, manipulasi sejarah juga digunakan sebagai alat propaganda. Ahmad Mansur Suryanegara mengungkapkan bahwa Wali Sanga---tokoh penyebar Islam di Nusantara---dijadikan sasaran pendistorsian untuk merusak citra Islam. Beberapa strategi distorsi ini meliputi:

  • Mitos dan Dongeng: Wali Sanga digambarkan sebagai tokoh yang lebih mirip dengan ajaran Hindu-Buddha daripada Islam. Dinarasikan bahwa mereka melakukan praktik bertapa, seperti puasa patigeni, tanpa melaksanakan salat lima waktu.
  • Penghilangan Peran Ekonomi Wali Sanga: Sejarah menggambarkan Wali Sanga tidak mengenal kemampuan perdagangan dan tidak terlibat dalam perekonomian. Padahal, faktanya adalah mereka sangat aktif dalam perniagaan di jalur maritim dan pembangunan ekonomi, sebagaimana dicontohkan Rasulullah Muhammad .
  • Pengaburan Jihad Ekonomi dan Politik: Perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh tokoh-tokoh seperti Sunan Gunung Jati terhadap penjajah, seperti dalam perebutan pelabuhan niaga Jayakarta (1527), juga dihilangkan dari narasi sejarah dominan di era kontemporer.

C. Dampak Distorsi dan Penjajahan Ekonomi

Upaya penjajah Barat dalam mematahkan penguasaan pasar umat Islam membawa dampak signifikan:

  • Hilangnya Kendali Perekonomian Lokal: Umat Islam kehilangan dominasi di sektor perdagangan, baik di darat maupun laut.
  • Kemunduran Mentalitas Perdagangan: Pola pikir sebagai pekerja atau pegawai menjadi dominan, sehingga menghambat perkembangan dan pertumbuhan pedagang atau wirausahawan dalam komunitas Muslim.
  • Ketergantungan pada Sistem Kolonial: Umat Islam dipaksa bergantung pada sistem ekonomi penjajah, yang semakin meminggirkan mereka dari pusat kekuasaan ekonomi.

1. Dampak Distorsi Sejarah pada Kesadaran Keagamaan: Munculnya Aliran Kejawen dan Kesunden

Penulisan sejarah Wali Sanga yang dimanipulasi oleh penjajah Belanda, sebagaimana diterangkan sebelumnya secara singkat, tidak hanya mengubah persepsi generasi muda terhadap tokoh Islam, tetapi juga melahirkan aliran keagamaan baru yang menolak Syariah Islam. Distorsi ini berkontribusi pada lahirnya:

  • Aliran Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur: Kejawen mengutamakan ajaran leluhur dan tradisi nenek moyang, dengan menolak Syariah Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Aliran ini cenderung mengintegrasikan praktik-praktik spiritual lokal dengan sedikit atau bahkan tanpa pengaruh Islam.
  • Aliran Kesunden di Jawa Barat: Kesunden berkembang dengan konsep serupa, lebih mengutamakan adat istiadat lokal ketimbang nilai-nilai Islam. Seiring waktu, komunitas ini meninggalkan praktik keislaman dan perlahan menjauh dari ajaran Islam yang autentik.

2. Hilangnya Aktivitas Ekonomi Berbasis Islam

Distorsi sejarah tidak hanya berdampak pada aspek teologi atau ritual keagamaan, tetapi juga mengurangi keterlibatan umat Islam dalam aktivitas di pasar. Strategi penjajah, seperti yang diungkapkan oleh Lucian W. Pye dalam Southeast Asia's Political Systems, menargetkan hilangnya kesadaran umat Islam untuk menjadi pelaku pasar. Dampaknya adalah:

  • Umat Islam Menjadi Meninggalkan Aktivitas Ekonomi: Dengan terbentuknya pandangan bahwa pasar adalah aktivitas yang tidak penting, umat Islam perlahan mundur dari sektor ekonomi. Penjajah berhasil menciptakan kesan bahwa aktivitas perdagangan tidak relevan dengan nilai keislaman, sehingga umat Islam hanya fokus pada peran yang lebih subordinat seperti pegawai atau pekerja.
  • Kesadaran Generasi Muda Umat Islam Menjadi Sangat Terbatas: Penulisan sejarah yang terdistorsi menanamkan persepsi kepada generasi muda Muslim bahwa keterlibatan dalam ekonomi bukanlah bagian dari identitas Islam. Banyak ulama juga tidak menyadari bahwa penulisan sejarah tersebut merupakan alat penjajah untuk merusak wawasan keislaman dan kemandirian ekonomi umat.

3. Penjajahan Ekonomi dan Refleksi Eropa

Dampak serupa juga pernah terjadi di Eropa, di mana Gereja Katolik melarang warganya untuk terlibat dalam pasar. Hal ini didukung oleh ajaran Gereja seperti yang dikutip oleh Robert L. Heilbroner dalam The Making of Economic Society, yaitu: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun