Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta || Nasionalis-marhaenis || Adil sejak dalam pikiran..

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kesempurnaan Kebebasan & Keesaan Tuhan: Perspektif Muhammad Abduh tentang Necessary Being

18 Februari 2025   10:00 Diperbarui: 16 Februari 2025   10:24 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kosmik alam semesta. Allahuakbar! (Sumber: Freepik)

A. Kebebasan (Freedom)

Muhammad Abduh berargumen bahwa Necessary Being (Keberadaan Yang Mutlak Ada) memiliki kebebasan yang sempurna dan bersifat mutlak. Kebebasan ini bukan dalam arti kebebasan yang terbatas seperti yang dimiliki manusia, tetapi kebebasan yang bersifat fundamental terhadap eksistensi dan tiap-tiap tindakan-Nya.

1. Pengertian Kebebasan

Kebebasan, menurut Abduh, memiliki makna bahwa Tuhan bertindak berdasarkan pengetahuan dan kehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal atau internal yang memaksa-Nya untuk bertindak dalam cara tertentu. Tidak ada satu pun dari tindakan-Nya yang dipengaruhi oleh faktor luar atau oleh kebutuhan yang harus dipenuhi.

Dalam konteks ini, kebebasan berarti bahwa Tuhan tidak terikat pada sebab atau tujuan tertentu yang dapat membatasi tindakan-Nya. Segala sesuatu yang terjadi di dalam alam semesta adalah hasil dari kehendak bebas-Nya yang didasarkan pada pengetahuan-Nya yang sempurna dan kebijaksanaan-Nya. Abduh menyatakan bahwa tindakan Tuhan tidak didorong oleh keharusan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau untuk menghindari konsekuensi negatif. Dalam istilah bahasa Inggris kebebasan Tuhan sering kali disebut sebagai absolute freedom.

2. Kesempurnaan dalam Kebebasan

Tindakan Tuhan yang bebas tidak berarti bahwa tindakan tersebut tidak memiliki tujuan atau makna di dalam atau di baliknya. Sebaliknya, tindakan Tuhan mencerminkan kesempurnaan dan kebijaksanaan yang tidak selalu dapat dipahami oleh manusia sebagai makhluk-Nya. Abduh menjelaskan bahwa tindakan Tuhan adalah refleksi dari kesempurnaan-Nya dan tidak terikat pada motivasi atau kebutuhan yang biasa dialami oleh makhluk yang kontingen (contingent beings).

Kebebasan Tuhan di sini tidak berarti sembarangan atau sewenang-wenang (arbitrary), tetapi justru menunjukkan bahwa setiap tindakan-Nya adalah hasil dari pilihan yang disengaja (deliberate choice) berdasarkan pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna.

3. Kaitan dengan Atribut Pengetahuan dan Kehendak

Muhammad Abduh menyatakan bahwa kebebasan Tuhan tidak dapat dipisahkan dari atribut-atribut lain, seperti pengetahuan (knowledge) dan kehendak-Nya (will). Tuhan, sebagai entitas yang mengetahui segala kemungkinan yang ada, bertindak dengan kebebasan penuh untuk memilih mana yang akan diwujudkan dan mana yang tidak. Setiap keputusan yang diambil oleh Tuhan adalah refleksi dari kehendak dan pengetahuan-Nya yang sempurna.

Kebebasan Tuhan berarti bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat membatasi pilihan-Nya. Dia tidak terpengaruh oleh kebutuhan untuk melakukan suatu tindakan untuk menghindari kritik atau mendapatkan pujian.

B. Kesatuan (Unity)

Pandangan Abduh tentang kesatuan Tuhan menegaskan bahwa Tuhan adalah satu dalam segala aspek: esensi, atribut, eksistensi, dan tindakan-Nya. Pandangan Abduh ini adalah pernyataan yang menolak segala bentuk dualisme atau politeisme dalam konsep ketuhanan, seperti trinitas, dwinatur, penyembahan berhala, dll.

1. Kesatuan dalam Esensi (Unity of Essence)

Abduh menyatakan bahwa Tuhan adalah satu dalam esensi-Nya, yang berarti bahwa Dia tidak terdiri dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang terpisah. Tuhan adalah simple dan indivisible. 

Jika Tuhan terdiri dari bagian-bagian, maka bagian-bagian tersebut harus ada sebelum keseluruhan eksistensinya, yang akan membuat Tuhan bergantung pada bagian-bagian tersebut dan bertentangan dengan definisi Necessary Being yang mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun