Muhammad Abduh, teolog dan salah seorang tokoh dari gerakan-gerakan pembaharuan Islam, pernah mengkritik keras pandangan yang memisahkan atau bahkan mempertentangkan antara keimanan dalam Islam dan ilmu pengetahuan. Menurutnya, pandangan seperti ini bukan berasal dari ajaran Islam yang sejati, tetapi lebih merupakan pengaruh dari filosofis dan pandangan dunia luar yang menganggap ilmu pengetahuan sebagai lawan dari agama. Pandangan ini menekankan pada dampak Renaissance Eropa yang memandang bahwa agama Kristen Katolik telah menghambat ilmu pengetahuan, sehingga pada akhirnya melahirkan filosofis sekularisme.
Renaissance secara bertahap melemahkan pengaruh Gereja Katolik dalam kehidupan masyarakat di Eropa. Hal ini memicu munculnya gerakan Reformasi Protestan dan perang intraagama Kristen yang berkepanjangan. Namun, dalam jangka panjang, Renaissance berkontribusi pada perkembangan filosofis sekularisme di era modern.
Secara singkat, Renaissance dapat dianggap sebagai salah satu tonggak penting dalam sejarah perkembangan sekularisme karena:
- Mendorong pemikiran kritis dan rasional;
- Melemahkan otoritas agama;
- Menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan; dan
- Memicu minat pada ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah Islam, era Renaissance ini tertolak, sebab titik kemajuan Islam dibuktikan pada saat agama sedang berada dalam puncaknya. Contohnya adalah ilmuwan-ilmuwan besar Islam, seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Khawarizmi, Ibnu Rusyd, dan Al-Biruni, yang berhasil mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan iman Islam yang mereka anut. Dengan melihat ilmuwan besar Islam ini, pada hakikatnya, Islam adalah agama yang tidak melihat sains dan iman sebagai dua hal yang bertentangan, tetapi justru sebagai dua aspek yang saling melengkapi dalam memahami kebenaran yang hakiki.
Sorotan utama dalam kajian ini adalah untuk menjawab kemunduran umat Islam. Menurut Abduh, kemunduran yang terjadi pada umat Islam adalah adanya sikap dari umat Islam yang ingin menjauhi ilmu pengetahuan dan hanya bergantung pada tradisi keagamaan yang dogmatis. Ini mengakibatkan stagnasi intelektual dan ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan dan tantangan zaman.
Abduh juga menekankan bahwa metode penalaran ilmiah, yang melibatkan observasi, eksperimen, dan deduksi logis, adalah bagian integral dari ajaran Islam untuk memahami segala hal di dunia. Dia melanjutkan bahwasanya Al-Qur’an telah mendorong manusia untuk mengamati alam semesta, memahami hukum-hukum Ilahiah yang mengatur alam, dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk kemaslahatan umat manusia di dunia.
Misalnya, Al-Qur’an menyebutkan bahwa “Tidaklah mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi?” (QS Ali ‘Imran: 191). Ini menunjukkan bahwa ajaran dalam Islam adalah ajaran keagamaanyang mendorong umatnya untuk melakukan penyelidikan ilmiah dan mengambil pelajaran dari fenomena-fenomena alam.
… (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Ali ‘Imran: 191).
Abduh berpendapat bahwa ayat suci seperti inilah yang menjadi salah satu faktor utama yang mendorong kemajuan sains dan teknologi pada masa keemasan peradaban Islam, ketika ilmu pengetahuan berkembang pesat di bawah naungan iman. Tidak seperti di Eropa dengan agamanya, di mana titik pencerahan mereka terletak pada saat agama dikesampingkan.
Dalam hal ini, integrasi ilmu dan iman dalam Islam bukan hanya masalah teoretis an sich, melainkan juga berdampak secara praktis dan cukup besar bagi kehidupan umat Islam. Dengan mengintegrasikan ilmu dan iman dalam Islam, Abduh menerangkan bahwa umat Islam akan dapat mewujudkan peradaban yang mahabesar dan mahahebat, antara lain:
- Dapat Membangun Peradaban yang Tangguh dan Berkemajuan: Umat Islam dapat membangun peradaban yang tangguh dan berkemajuan dengan menggabungkan etika Islam dan pengetahuan yang akademis-ilmiah. Ini akan menciptakan masyarakat yang tidak hanya maju secara materiel, tetapi juga masyarakat yang memiliki integritas moral yang tinggi dengan berlandaskan pada keimanan Islam yang ber-tauhid.
- Dapat Menghadapi Tantangan Zaman: Integrasi ilmu dan iman dalam Islam memungkinkan umat Islam untuk menghadapi berbagai tantangan zaman di hadapan dunia. Tantangan ini dapat dihadapi dengan temuan-temuan yang inovatif, ilmiah, teknis, dan bersifat sosial, dengan landasan keimanan pada Allah dan Rasul-Nya dengan dibimbing oleh para ulama dan cendekiawan.
- Mencapai Kebahagiaan Dunia dan Akhirat: Menurut Abduh, integrasi ilmu dan iman dalam Islam adalah jalan menuju kebahagiaan yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat (afterlife). Dengan memahami hukum-hukum Tuhan di alam semesta dan mengikuti panduan dalam wahyu dan teladan Nabi Muhammad, manusia dapat mencapai kesejahteraan materiel dan spiritual.