Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta || Nasionalis-marhaenis || Adil sejak dalam pikiran..

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Book

API Sejarah: Sebuah Rekonstruksi Peran Islam dalam Pembentukan Identitas Kebangsaan

30 November 2024   13:21 Diperbarui: 30 November 2024   13:22 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua jilid buku API Sejarah (Sumber: Eramuslim)

A. Pendahuluan: Upaya Reinterpretasi dan Tantangan Deislamisasi

Penulisan sejarah Indonesia selama ini telah mengalami bias yang signifikan, terutama dalam menempatkan peran ulama, santri, dan elemen Islam dalam pembentukan identitas bangsa Indonesia. Buku API SEJARAH: Mahakarya Perjuangan Ulama dan Santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia karya Ahmad Mansur Suryanegara adalah sebuah upaya awal untuk merekonstruksi dan mereinterpretasi sejarah Indonesia dari sudut pandang yang lebih holistik dan adil. Buku ini bukanlah upaya final, melainkan sebuah rintisan untuk meluruskan penulisan sejarah yang selama ini didominasi oleh narasi orientalis dan sekuler.

Deislamisasi dalam historiografi Indonesia telah mengakibatkan pengabaian peran ulama dan santri, yang tidak hanya terlibat dalam bidang keagamaan tetapi juga dalam ekonomi, politik, sosial, dan pertahanan bangsa. Upaya sistemik ini bahkan tercermin dalam Diorama Monumen Nasional, yang minim merepresentasikan kontribusi Islam sebagai pemersatu bangsa dan penggerak perjuangan nasional.

B. Analisis Kritik terhadap Deislamisasi dalam Penulisan Sejarah

1. Penempatan Pesantren dalam Diorama Monumen Nasional

Diorama Monumen Nasional menggambarkan pesantren sebagai pemersatu bangsa hanya pada abad ke-14 M. Namun, peran pesantren dalam membangun nasionalisme modern di abad ke-20 diabaikan. Bahkan, kontribusi organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), dan Persatuan Ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan sama sekali tidak diakui dalam representasi tersebut.

  • Kontradiksi Narasi Diorama: Diorama memuat peran Katolik dan Protestan sebagai pemersatu bangsa pada abad ke-20, sedangkan peran besar pesantren dan organisasi Islam hanya disinggung secara terbatas atau diabaikan.
  • Pengabaian Organisasi Islam: Sjarikat Islam, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama---organisasi-organisasi yang memiliki kontribusi nyata dalam membangun kesadaran nasional---ditiadakan dari narasi Diorama. Bahkan, Muhammadiyah yang didirikan pada 1912 ditempatkan di urutan belakang, setelah Taman Siswa yang baru berdiri pada 1922.

2. Upaya Sistemik untuk Mengurangi Peran Islam

Upaya deislamisasi terlihat dalam bagaimana narasi sejarah yang lebih mengutamakan organisasi sekuler, seperti Boedi Oetomo, meskipun faktanya organisasi ini menolak persatuan nasional hingga akhir hayatnya. Sebaliknya, Sarekat Islam yang menjadi pelopor istilah "nasionalisme" pada tahun 1916 justru direduksi perannya.

  • Kesalahan dalam Penetapan Hari Kebangkitan Nasional: Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 1908 yang didasarkan pada berdirinya Boedi Oetomo perlu ditinjau ulang. Organisasi ini lebih fokus pada Djawanisme dan bahkan menerbitkan artikel-artikel yang menghina Rasulullah . Sebaliknya, Sarekat Islam pada tahun 1916 telah secara eksplisit menyerukan kemerdekaan Indonesia melalui gerakan politiknya.
  • Distorsi dalam Penulisan Sejarah Organisasi Islam: Sarekat Islam, Persis, dan NU yang memiliki peran besar dalam membangun nasionalisme, nyatanya tidak mendapatkan pengakuan yang memadai dalam historiografi resmi. Padahal, organisasi-organisasi ini telah lama menjadi kekuatan utama dalam perjuangan melawan penjajahan.

C. Peran Islam dalam Simbol dan Monumen Nasional

1. Masjid Sebagai Monumen Perjuangan

Meskipun deislamisasi mewarnai penulisan sejarah, pemerintah Indonesia masih mengakui peran ulama dan santri melalui pembangunan tiga masjid besar sebagai simbol perjuangan:

  • Masjid Syuhada di Yogyakarta: Masjid ini dibangun sebagai pengingat bahwa kemerdekaan Indonesia diraih melalui pengorbanan para syuhada yang mayoritas adalah ulama dan santri.
  • Masjid Istiqlal di Jakarta: Masjid ini dinamai "Istiqlal" (Kemerdekaan) untuk mengenang peran umat Islam dalam memerdekakan Indonesia.
  • Masjid Baiturrahim di Istana Merdeka: Masjid ini melambangkan keimanan sebagai landasan perjuangan dan pembangunan bangsa.

Masjid Syuhada di Yogyakarta (Sumber: Seputarjogja.id)
Masjid Syuhada di Yogyakarta (Sumber: Seputarjogja.id)

Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat (Sumber: Expedia.co.id)
Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat (Sumber: Expedia.co.id)

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia K. H. Ma'ruf Amin di Masjid Baiturrahim Istana Merdeka. (Sumber: Antara)
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia K. H. Ma'ruf Amin di Masjid Baiturrahim Istana Merdeka. (Sumber: Antara)

2. Simbol Perjuangan Ulama dan Santri

Patung Pangeran Diponegoro di depan Monumen Nasional menjadi simbol perlawanan ulama dan santri terhadap penjajahan. Perjuangan Diponegoro menunjukkan bagaimana ulama dan santri memimpin gerakan melawan kekuatan kolonial, yang sayangnya tidak banyak diangkat dalam narasi sejarah arus utama.

D. Inspirasi dari Karya Sejarah Islam

1. Pengembangan Karya RKH Abdullah bin Nuh

Ahmad Mansur Suryanegara dalam API SEJARAH melengkapi karya RKH Abdullah bin Nuh dengan menambahkan perspektif sejarah Islam di luar Indonesia, termasuk di Timur Tengah, India, dan Cina. Pendekatan ini penting karena perkembangan Islam di Nusantara sangat dipengaruhi oleh dinamika global.

  • Islam sebagai Penggerak Kekuasaan Maritim: Islam di Nusantara tidak hanya berkembang sebagai agama, tetapi juga sebagai kekuatan ekonomi dan politik, terutama dalam menguasai jalur perdagangan maritim.
  • Pengaruh Sejarah Global terhadap Nusantara: Sejarah Islam Mongol di India, dinasti-dinasti Islam di Timur Tengah, dan komunitas Muslim di Cina turut membentuk dinamika kekuasaan Islam di Nusantara.

2. Ruang bagi Penelitian dan Interpretasi Baru

Buku ini menekankan pentingnya penelitian lanjutan untuk melengkapi fakta sejarah tentang peran ulama, santri, dan wirausahawan Muslim dalam membangun fondasi bangsa.

E. Reinterpretasi Sejarah sebagai Tanggung Jawab Bersama

  • Mengembalikan Peran Ulama dan Santri dalam Narasi Nasional: Penulisan ulang sejarah Indonesia harus memasukkan peran ulama dan santri secara proporsional, mengingat kontribusi mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membangun masyarakat yang berkeadilan.
  • Mengatasi Bias Orientalis dalam Sejarah: Sejarah Indonesia selama ini banyak mengadopsi perspektif orientalis yang cenderung mengabaikan atau mendistorsi peran Islam. Penelitian baru harus dilakukan untuk menghilangkan bias ini dan menampilkan fakta sejarah yang lebih adil.
  • Peningkatan Kesadaran Sejarah di Kalangan Umat Islam: Ulama, santri, dan cendekiawan Muslim perlu lebih aktif dalam mempelajari, meneliti, dan menuliskan sejarah mereka sendiri. Kesadaran ini penting untuk melawan narasi yang tidak seimbang.

F. Kesimpulan: Sejarah untuk Masa Depan

Penulisan sejarah yang adil bukan hanya tentang merekonstruksi masa lalu, melainkan juga membangun kesadaran untuk masa depan. Sejarah ulama dan santri sebagai pemimpin intelektual, spiritual, dan politik di Indonesia perlu terus diteliti, dipublikasikan, dan diajarkan. Sebagaimana termaktub dalam QS Al-Hasyr [59]: 18, "Perhatikanlah sejarahmu untuk hari esokmu."

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun