Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mencari Keuntungan dari Perselisihan di Media Sosial

29 Mei 2018   13:01 Diperbarui: 29 Mei 2018   13:31 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepengetahuan saya, keajaiban sosial media awalnya hanya melahirkan generasi narsis. Orang orang aktif di media sosial, pasang foto tampan rupawan, jika tidak punya tampang, mereka memilih pasang foto artis biduan atau oppa-oppa korea. Cari teman, pacar, atau selingkungan banyak dilakukan di media sosial.

Tapi, entah dari mana asal muasalnya, tiba-tiba media sosial menjadi ajang untuk adu otak, aduk pemikiran. Setiap orang memposisikan diri sebagai pihak yang benar, lantas memberi tanggapan. Ada yang sopan dan ada pula yang nantang.

Perlu cukup waktu untuk berkomentar atau membalas tanggapan orang lain karena perang jari-jari tangan tersebut memerlukan waktu panjang sampai kedua pihak merasa puas. Namun, ini jarang terjadi.

Definisi puas di sini adalah ketidakpuasan itu sendiri. Sebab, 2 pihak yang bertengkar di media sosial seringkali salah satunya harus mengalah dan tidak lagi membalas komentarnya. Akibatnya, urat-urat saraf jadi kejelimet karena tak kuasa menahan sirkulasi darah ke otak yang naik ke secara mendadak.

Bisa jadi awalnya perselisihan terjadi semenjak Pilpres 2014.  Perselisihan yang harusnya disudahi sejak Pilpres berakhir, ternyata merembet sampai sekarang. Penyebabnya, bisa jadi dari kekalahan lawan politik yang susah move on, dendam kesumat, atau merasa ada ketidakberesan yang perlu disuarakan. Tidak cukup mewakili orang besar dan berpengaruh, masyarakat awam yang berasal dari berbagai profesi, latar belakang ikut nimbrung jadi satu.

Ini juga dimulai dari para penguasa yang mengaku menginvestasikan waktu, uang, tenaga, dan pemikiran mereka hanya untuk bangsa dan negara, katanya. Lalu, dari sini muncul perselisihan kecil yang lambat laun menjadi besar. Walaupun mereka mengaku sama-sama beritikad baik, namun proses dan hasil yang ada tidak selalu baik. Perbedaaan tujuan, visi misi, dan ideologi seseorang yang menyebabkan perselisihan selalu ada dan sulit dihilangkan.

Dalam perang di media sosial, akan selalu ada pihak yang dirugikan, namun banyak pula yang diuntungkan. Media tentu mengambil keuntungan yang besar dari perselisihan ini. Mereka dapat banyak bahan berita yang tentu berpotensi viral dan menggiurkan dari segi iklan.

Akibat dari debat kusir ini, muncul akun-akun media sosial yang khusus digunakan sebagai bentuk dukungan dan pembelaan pada setiap kubu. Di Instagram, muncul akun @politikcrazyid, @obrolanpolitik, dan akun meme-meme politik yang ikut meramaikan pemberitan perselisihan.

Tidak kalah, akun seleb, PNS, pengangguran, para ustaz-ustazah sosmed, sampai anak alay setengah cabe krispy ikut masuk ke dalam lubang perselisihan. Tak ayal, akun Instagram mereka pun penuh dengan like dan ratusan ribu followers yang barang tentu akan menarik perhatian para endorsement peninggi badan, pembesar penis, atau pembesar payudara.

Muncul pula 'cendekiawan' media sosial yang mengungkap opini, data, fakta yang akan dikupas setajam silet. Ada Jonru yang menjadi pionir politik dari kubu agamis (walaupun kini nasibnya telah kandas ditahanan). Dari kubu lawannya, ada pula Denny Siregar. Muncul juga penulis senior yang ikut terjun dalam perselisihan.

Bahkan, ada orang anonim yang menjadi terkenal. Mereka mendapat lahan pekerjaan baru, diundang menjadi narasumber di forum diskusi dan seminar intelektual. Ini juga nyambung dengan urusan penyewaan hotel dan gedung serbaguna yang akan melonjak naik dipenuhi permintaan booking tempat untuk diadakannya semintar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun