Langit Jawa Timur yang cerah berangsur Terselimut Mendung, bersama kabar yang mulai menjalar membuat sesak dada. Telah Berpulang Kehadirat-Nya Ibu kami.
Yang merawat kami, yang menjadi Penopang kekuatan Sang Bapak Bangsa kami. Kini telah menutup mata dan meninggalkan kami.
Kekuatan Bapak kami bersumber darinya. Ketika Tsunami menyapu Negeri Aceh Darassalam, Ketika pemberontakan kelompok separatis disetiap sudut negeri bergelegar. Di badhunya bapak kami bersandar melepas segala letihnya.
Ketika kebuntuan - kebuntuan menyapa imaji bapak kami, beliaulah penguat dan pendorong semangat agar bapak kami mampu mencari jalan keluar.
Kini, jasad itu terbujur kaku diatas pembaringan dengan wajah pucat setelah sekian purnama penyakit terkutuk itu bersarang di tubuhnya. Perginya membuat kami Piatu, Hidup tak ber Ibu. Kini harapan dan Do'a untuk kemajuan bangsa kami yang kerap beliau lantunka dalam setiap sujudnya tak lagi menggaung diatas lapisan atmosfir.
Ramadhan telah membawanya pergi dari kami meninggalkan luka yang mendalam. Peringatan Hari Pancasila Sakti berbungkus air mata dan dukalara kami.
Selamat Jalan Ibunda Bangsa, selamat jalan sosok yang penuh kesahajaan, Sosok wanita hebat yang selalu menebarkan senyum kedamaian dalam setiap jiwa putra/putri bangsa.
Tenanglah dalam pembaringanmu, semoga Tuhan Yang Maha Esa menempatkanmu di Surganya. Allahumma Amiin.
