Mohon tunggu...
Daeng Sani Ferdiansyah
Daeng Sani Ferdiansyah Mohon Tunggu... Dosen

Saya seorang dosen di Prodi KPI IAIH Pancor yang tak hanya berdedikasi di dunia pendidikan, tetapi juga aktif berbagi pemikiran melalui tulisan di berbagai media berita.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Banjir, Informasi, Krisis Pemikiran: Pentingnya Critical & Creative Thinking Bagi Generasi Muda

10 September 2025   08:23 Diperbarui: 10 September 2025   08:32 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Banjir, Informasi, Krisis Pemikiran: Pentingnya Critical & Creative Thinking Bagi Generasi Muda

Di tengah banjir informasi, kemampuan berpikir kritis dan kreatif bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.

Pertama, berpikir kritis adalah tameng dari manipulasi. Dengan critical thinking, seseorang terbiasa memeriksa sumber, menilai bukti, serta menimbang logika argumen sebelum menerima atau menyebarkan informasi. Generasi muda yang terlatih berpikir kritis tidak mudah terjebak dalam jebakan hoaks maupun propaganda.

Kedua, berpikir kreatif adalah cara untuk keluar dari jebakan konsumsi. Kreativitas mendorong anak muda tidak hanya menelan informasi, tetapi mengolahnya menjadi karya, baik berupa tulisan, konten edukasi, proyek sosial atau solusi lokal. Kreativitas menjadikan informasi bukan sekadar konsumsi pasif, melainkan bahan mentah untuk perubahan positif.

Ketiga, kombinasi kritis dan kreatif adalah imunitas terhadap algoritma. Platform digital cenderung mengarahkan pengguna ke lingkaran minat sempit (echo chamber). Namun dengan sikap kritis, generasi muda bisa keluar dari jebakan itu, sementara kreativitas memberi mereka ruang untuk membangun narasi tandingan yang lebih sehat.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Pekerjaan ini tidak bisa ditumpukan pada individu saja. Ada tanggung jawab bersama antara pendidikan, pemerintah, dan platform digital.

  1. Sekolah dan kampus harus serius mengajarkan literasi digital bukan sebatas teori, tetapi praktik verifikasi informasi. Siswa perlu dibiasakan melakukan lateral reading membuka tab baru untuk mengecek sumber lain dan belajar memproduksi konten yang kritis sekaligus kreatif.

  2. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan literasi media sebagai bagian kurikulum nasional. Program literasi digital tidak boleh berhenti pada seminar seremonial, melainkan harus jadi keterampilan dasar yang terukur.

  3. Platform media sosial harus lebih bertanggung jawab. Algoritma yang hanya mengejar keterlibatan tanpa peduli kualitas membuat publik terjebak dalam banjir informasi dangkal. Label peringatan, verifikasi pihak ketiga, atau friksi (hambatan teknis sebelum menyebarkan konten berisiko) bisa menjadi langkah nyata.

  4. Masyarakat sipil dan komunitas muda perlu menginisiasi ruang alternatif. Komunitas kreatif dapat membuat kampanye edukatif, lomba konten positif atau ruang diskusi lintas generasi. Dengan begitu, energi muda diarahkan untuk mencipta, bukan sekadar menyalin.

Dari Krisis Menjadi Peluang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun