Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

'Degdegan' Jadi Imam Shalat Tarawih

7 April 2022   01:46 Diperbarui: 7 April 2022   02:01 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shalat di Masjid Fatahillah Balaikota DKI Jakarta, sebelum Ramadhan 2022 (foto : dok pribadi Nur Terbit)

Karena itu dengan segala kemampuan, keterbatasan sekaligus keikhlasan dengan apa yang sudah terjadi, kami sekeluarga berusaha menjalani Ramadhan ini dengan segala keprihatinan.

Sambil tetap berusaha menjaga dan mematuhi protokol kesehatan (Prokes), beberapa amalan Ramadhan kami jalani dan lalukan di rumah saja. 

Bekerja Dan beribadah di rumah, work and pray from home. Begitulah kira-kira.

Salah satu kegiatan yang Ramadhan tahun 2022 ini agak berbeda dibanding dengan tahun sebelumnya, yakni pelaksana shalat Tarawih berjamaah juga di rumah 

Ini tentu perlu penyesuaian, karena biasanya yang namanya shalat Tarawih berjamaah, ya di mesjid atau mushollah. Ini koq malah digelar di rumah. Lalu imam shalat Tarawihnya siapa dong?

Praktis, sebagai kepala keluarga maka saya harus maju ke depan dan tampil berdiri sebagai imam shalat Tarawih berjamaah meski "degdegan". Sedang makmumnya adalah istri, anak, mantu dan dua cucu. Wow keren kan?



Untungnya, anak lelaki Saya (Akbar) yang sudah berkeluarga ini adalah lepasan salah satu pondok pesantren di Sukabumi. Bekas anak santri, gitulah. Usai lulus di bangku SD, lanjut ke pesantren di kelas Madrasah Tsanawiyah, setingkat SMP. 

Tak betah mondok di pesantren, dia izin untuk sekolah di luar yang tanpa harus diasramakan. Kami masukkan ke sekolah yang masih "linear" dengan pendidikan pesantrennya. Yakni di Madrasah Aliyah, setingkat SMA di Kota Bekasi.

Kini mantan anak santri ini, Alhamdulillah sudah sarjana. Sudah bekerja di salah satu kementerian. Juga sudah berkeluarga dan memberi kami cucu cantik. Dua krucil yang menggemaskan dan selalu bikin kangen.

Nah, setiap kali kami kumpul untuk melaksanakan shalat Tarawih berjamaah, putra saya inilah yang jadi imam. Tidak diragukan lagi bacaan dan hapalan Al Qurannya. Lancar dan fasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun