Mohon tunggu...
Dadang Maulana Luthfi
Dadang Maulana Luthfi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemula, Suka Menulis, kadang lupa izin jadi saya cantumin aja sumber di bawah gambarnya ya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Indonesia Tidak Butuh Silicon Valley

17 April 2021   12:32 Diperbarui: 18 April 2021   11:55 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Source : Tirto.id

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir bisa di bilang sangat semangat dalam membangun maupun merencanakan berbagai infrastruktur, mulai dari jalan tol, jembatan, hingga waduk. Meskipun di masa pandemi, semangat Indonesia untuk membangun infrastruktur tidak surut. 

Terakhir, Indonesia berencana ingin membangun sebuah wilayah yang bernama Sillicon Valley "Bukit Algoritma"  di Sukabumi Jawa Barat.

Sillicon Valley merupakan pusat inovasi di Amerika Serikat (AS) yang berhasil mencetak banyak perusahaan teknologi raksasa dan kini namanya kerap dicatut berbagai negara dunia untuk menciptakan kawasan serupa, termasuk Bukit Algoritma di Sukabumi, Indonesia. Silicon Valley terletak di selatan San Francisco, California, Amerika Serikat (AS). Wilayah ini menampung 2.000 perusahaan teknologi seperti  Apple, Facebook, Google, dan Netflix, lahir di kawasan ini. Silicon Valley juga jadi tempat lahir perusahaan seperti Tesla, Twitter, Yahoo, dan eBay.

Menurut beberapa elemen, Proyek ini dianggap sebagai proyek yang tidak jelas. Di lansir dari ekonomi bisnis.com kepala Pusat Inovasi dan Ekonomi Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan bahwa ada beberapa catatan Silicon Valley yang dimiliki Indonesia tidak menunjang sebuah pembangunan inklusif. Menurutnya catatan yang pertama adalah ekosistem research and development (R&D) atau riset dan pengembangan Indonesia masih sangat rendah.  Catatan kedua adalah sumber daya manusia yang belum mencukupi untuk masuk ke industri 4.0. Terakhir, ketimpangan digital masih tinggi dalam hal keahlian dan penggunaan produk digital. Selain itu juga terdapat keraguan di tempat Bukit Algortima berdiri, yaitu di Sukabumi Jawa Barat.

Rencana ini bisa di bilang sebagai rencana yang terlalu ambisius di tengah repotnya negara mengurus pandemi. Contoh nya adalah dalam pemilihan tempat, yaitu di wilayah Cikidang - Cibadak Sukabumi. Sukabumi di pilih karena di nilai strategis, dekat dengan tol, mempunyai pelabuhan laut dan rencana bandara. Namun, apa fungsi itu semua jika tidak ada universitas di kawasan itu. Kawasan sillicon valley adalah kawasan yang memiliki banyak universitas, mulai dari Stanford University sampai San Jose State University. Selain itu, wilayah Sukabumi yang terlalu selatan juga memiliki peluang mengalami bencana alam yang tinggi.

Pemegang proyek jika ingin merealisasikan ini harus memiliki pondasi yang kuat untuk mewujudkan ekosistem seperti yang ada di silicon valley. Namun,ada berita yang kurang enak di dengar di antara tiga pemegang proyek ini, ada satu badan usaha yang tidak diketahui rekam jejaknya yaitu PT Kiniku Bintang Raya. PT Kiniku Bintang Raya tidak diketahui sepak terjangnya meskipun telah melakukan penelusuran di mesin pencari Google dan media sosial, namun tidak menemukan identitas perusahaan. Bagaimana mau lancar proyek senilai 18 triliun jika salah satu PT yang membangunnya tidak memiliki kejelasan identitas dan transparansi yang bisa di akses oleh siapapun?.

Sejauh ini Indonesia belum butuh proyek ini. Masih banyak hal yang harus di kejar oleh indonesia daripada merealisasikan proyek ini, seperti fokus dalam menangani covid atau fokus membetulkan design ibukota baru. Alangkah baiknya jika lahan seluas 800 hektar di kawasan Cikidang Sukabumi di ubah menjadi kawasan wisata yang ramah masyarakat. Daripada membangun proyek semu dengan nilai investasi sebesar 18 triliun rupiah. Jika di bangun kawasan wisata, bisa menguntungkan banyak pihak. Contohnya di sisi pemerintah, hal ini bisa untuk menarik banyak wisatawan dan menghasilkan income yang menjanjikan. Proyek "the next silicon valley"  ini punya dua kemungkinan, yaitu berhasil atau menjadi Hambalang jilid II.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun