Mohon tunggu...
Dadang Darmansyah
Dadang Darmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di Badan Pusat Statistik

Lahir di kaki Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan, saat ini ASN di Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis, penyuka olahraga dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontradiktif, Statistik dan Kesadaran Pandemi

7 November 2020   09:33 Diperbarui: 7 November 2020   09:42 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi prokes (dok kompas)

Pandemi covid-19 di Indonesia sudah memasuki bulan ke sembilan sejak kasus pertama ditemukan di awal maret 2020. Tepatnya tanggal 2 Maret 2020, saat itu pemerintah mengumumkan kasus dua orang yang dinyatakan positif terpapar covid-19. Hingga saat ini tidak ada tanda-tanda pandemi akan segera berakhir. 

Statistik Covid-19 yang dirilis pemerintah menunjukkan angka yang semakin mengkhawatirkan. Melalui Satgas Covid Nasional dalam laman covid19.go.id secara berkala pemerintah merilis  statistik Covid-19 di tingkat nasional. 

Per-tanggal 22 Oktober, kasus terkorfimasi positif sebanyak 377.451, kasus aktif 63.576, kasus sembuh 301.006 dan kasus meninggal 12.959. Melihat trennya angka ini terus mengalami pertambahan dengan rata-rata 3500 kasus per-hari secara nasional.

Berdasarkan sebaran kasus covid-19 per provinsi, maka DKI Jakarta memiliki kasus tertinggi dengan 26,1 persen. Disusul Provinsi Jawa Timur dengan 13,3 persen, Jawa Barat dengan 8,6 persen dan Jawa Tengah dengan 8,1 persen. Sedangkan provinsi lainnya ada di kisaran angka 1-4 persen. 

Mencermati sebaran  kasus covid-19 ini ada kaitan dengan pola demografi suatu wilayah. Kita tahu bahwa pulau Jawa merupakan pulau terpadat penduduknya serta memiliki mobilitas penduduk yang tinggi. 

Proyeksi jumlah penduduk Pulau Jawa menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 diprediksi mencapai angka 152.949.900 jiwa atau 53,5 persen dari total penduduk Indonesia. Dengan luas Pulau Jawa sebesar 128.297 km2, maka kepadatan penduduk Pulau Jawa mencapai 1.188 jiwa/km2. Hal ini menjadi penyebab tingginya kasus penyebaran covid-19 di provinsi yang ada di pulau Jawa.

Jika diamati dari sisi gender, maka penduduk laki-laki lebih banyak terpapar dibandingkan perempuan. Baik untuk kasus positif, dirawat/isolasi, sembuh dan meninggal, lebih dari 50 persen  didominasi penduduk laki-laki. Kondisi ini bisa juga menjadi indikasi bahwa daya imun laki-laki lebih  rendah dari perempuan. Berdasarkan kelompok umur, kasus positif covid-19, dirawat/isolasi dan sembuh  didominasi oleh kelompok umur 31-45 tahun. 

Sedangkan untuk kasus yang meninggal lebih banyak dialami oleh kelompok umur 46-58 tahun dan usia 59 tahun ke atas. Penyakit penyerta dapat meningkatkan resiko kematian karena covid-19. Data yang dirilis satgas covid-19 menunjukan sebanyak 50,1 persen memiliki penyakit hipertensi, 34,9 persen karena diabetes melitus, 19,6 persen karena penyakit jantung, 9,6 persen karena penyakit paru-paru dan sisanya disebabkan oleh penyakit kronis lainnya.

Lonjakan kasus baru covid-19 masih sangat potensial untuk bertambah. Selain karena mulai berkurangnya kesadaran akan bahaya pandemi terlebih saat fase adaptasi kebiasaan baru diberlakukan. Setelah sekian lama masyarakat berdiam diri di rumah, maka masa adaptasi kebiasaaan baru seolah menjadi ‘hari kebebasan’. Apalagi masa ‘stay at home’ sudah mereka rasakan selama berbulan-bulan. Berlama-lama tinggal di rumah meningkatkan tingkat stress. Ditambah lagi simpang siur berita ‘hoax’ yang bertebaran di media sosial menyebabkan adanya masyarakat yang abai dengan pandemi, ada juga yang terlalu ketakutan berlebihan.

Kita tahu masyarakat Indonesia identik dengan masyarakat yang gemar berkerumun. Masyarakat kita memiliki tingkat sosialisasi yang tinggi. Selalu saja ada momen untuk mereka berkumpul. Dimulai dari kerumunan ibu-ibu di tukang sayur, jagongan bapak-bapak di pos ronda, ngobrol santai di masjid dan tempat-tempat lainnya. Apalagi dengan menjamurnya café-café tempat nongkrong kawula muda menghabiskan waktu malam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun