Mohon tunggu...
Daan Sukur
Daan Sukur Mohon Tunggu... Mahasiswa

Daan Sukur 41520010098 - Teknik Informatika PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   23:21 Diperbarui: 12 November 2023   23:22 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskursus adalah suatu bentuk komunikasi baik secara lisan maupun tulisan yang dibangun oleh asumsi-asumsi yang umum yang kemudian menjadi ciri khas dalam pembicaraan baik oleh suatu kelompok tertentu maupun dalam suatu periode sejarah tertentu. Dalam ilmu filsafat, diskursus merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh Michel Foucault dalam karya-karyanya. Bagi Foucault, diskursus adalah sebuah sistem berpikir, ide-ide, pemikiran, dan gambaran yang kemudian membangun konsep suatu kultur atau budaya.

Diskursus juga dikaitkan dengan kekuasaan dan dibentuk oleh hubungan. Diskursus melihat gubahan-gubahan teks yang mengatur dan mengkoordinasikan berbagai tindakan, posisi, dan identitas orang yang terlibat di dalamnya. Diskursus juga dapat diartikan sebagai rasionalitas, pertukaran ide, gagasan secara verbal (bahasan), pengungkapan pemikiran secara formal dan teratur (wacana), atau cara mengorganisasi pengetahuan, pemikiran, atau pengalaman yang berakar dari bahasa dan konteksnya yang nyata.

Diskursus dipakai untuk keseluruhan proses interaksi sosial dimana sebuah teks hanya merupakan bagian di dalamnya. Proses ini juga menyangkut proses produksi dan proses interpretasi. Analisa teks otomatis hanya menjadi bagian dari analisa diskursus, yang juga menyangkut proses analisa produktif dan interpretatif. Disini, bentuk suatu teks dapat dipandang dari perspektif analisa diskursus, yang di satu sisi merupakan tiruan (traces) dari suatu proses produktif, dan di sisi lain, merupakan petunjuk (cues) dari suatu proses interpretasi. Kedua proses ini saling mempengaruhi dalam hal sifat-sifat teks dan susunannya yang pada akhirnya mempengaruhi penafsiran teks termasuk di dalamnya aspek lain seperti pengetahuan bahasa penafsir, keterwakilan komunitas sosial yang tercermin dari teks, norma-norma, kepercayaan, asumsi, dan lainlain. Ketika menganalisa diskursus dari berbagai perspektif kritis, kerap muncul perbedaan perbedaan, salah satunya dalam strategi kognitif yang bergantung pada kondisi sosial berikut kondisi penggunaannya, sebagai contoh perbedaan strategi kognitif yang diterapkan ketika sesorang membaca sebuah puisi dan iklan di majalah(Indah, 1996).

Diskursus pencegahan korupsi merujuk pada pembicaraan atau diskusi yang berkaitan dengan upaya pencegahan korupsi. Diskursus ini dapat melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga anti-korupsi, akademisi, dan masyarakat umum. Dalam diskursus pencegahan korupsi, dibahas berbagai hal terkait dengan upaya pencegahan korupsi, seperti strategi pencegahan korupsi, peran pemimpin dalam pencegahan korupsi, budaya transparansi dan akuntabilitas, serta pelatihan dan pendidikan tentang tindakan anti-korupsi. Diskursus pencegahan korupsi juga dapat melibatkan analisis diskursus atau wacana, seperti yang dilakukan oleh Michel Foucault dalam karyanya. Analisis diskursus dapat membantu memahami bagaimana konsep korupsi dibangun dan dikonstruksikan oleh masyarakat dan bagaimana konsep ini dapat memengaruhi perilaku sosial dalam kehidupan sehari-hari. Diskursus pencegahan korupsi dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari korupsi dengan membangun budaya integritas dan transparansi dalam organisasi serta mendorong bawahannya untuk melaporkan tindakan korupsi.

Ki Hajar Dewantara adalah seorang pendidik dan filsuf Indonesia yang mengembangkan konsep kepemimpinan Semar, yang menekankan pentingnya kebijaksanaan, pengetahuan, dan visi dalam kepemimpinan. Menurut Ki Hajar Dewantara, ada tiga prinsip dasar kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani". Prinsip-prinsip ini dapat diterapkan dalam upaya pencegahan korupsi. Berikut adalah beberapa cara di mana konsep kepemimpinan Semar dapat diterapkan untuk mencegah korupsi:

  • "Ing ngarsa sung tuladha":
  • Semboyan yang pertama adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha yang jika diartikan kata demi kata, meliputi kata ing yang berarti "di", ngarsa yang berarti "depan", sung yang berarti "jadi" dan tuladha yang berarti "contoh" atau "panutan".

  • Jadi dari kalimat ini dapat disimpulkan bahwa semboyan pertama Ki Hajar Dewantara artinya "di depan menjadi contoh atau panutan".

  • Prinsip ini mempunyai arti bahwa pemimpin harus menetapkan sikap yang baik sebagai bagian dari pencegahan korupsi, pemimpin harus menunjukan perilaku etis dan integritas, yang dapat mendorong bawahannya untuk melakukan hal yang sama.

  • Dalam konteks pencegahan korupsi, konsep "Ing Ngarsa Sung Tuladha" dapat diartikan sebagai prinsip bahwa seorang pemimpin harus memberikan contoh yang baik bagi bawahannya. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus menunjukkan perilaku etis dan integritas yang dapat mendorong bawahannya untuk melakukan hal yang sama. Berikut adalah beberapa cara di mana konsep "Ing Ngarsa Sung Tuladha" dapat diterapkan dalam upaya pencegahan korupsi:
  • Seorang pemimpin harus menunjukkan perilaku etis dan integritas yang baik sebagai contoh bagi bawahannya.
  • Seorang pemimpin harus membangun budaya transparansi dan akuntabilitas dalam organisasi.
  • Seorang pemimpin harus melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan dan mendorong mereka untuk melaporkan setiap aktivitas yang mencurigakan.
  • Seorang pemimpin harus memberikan pelatihan dan pendidikan tentang tindakan anti-korupsi kepada bawahannya.

  • Dalam hal ini, konsep "Ing Ngarsa Sung Tuladha" dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari korupsi dengan membangun budaya integritas dan transparansi dalam organisasi.

  • "Ing madya mangun karsa"
  • Ing artinya "di", madya memiliki arti "tengah", sedangkan mangun berarti "membangun" atau "memberikan", dan karsa memiliki arti "kemauan", "semangat", atau "niat".

  • Jika digabungkan, semboyan ing madya mangun karsa memiliki arti yaitu "di tengah memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan".

  • Prinsip ini berarti bahwa seorang pemimpin harus bekerja sama dengan bawahannya untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam konteks pencegahan korupsi, seorang pemimpin harus melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan dan mendorong mereka untuk melaporkan setiap aktivitas yang mencurigakan.

  • Dalam konteks pencegahan korupsi, konsep "Ing Madya Mangun Karsa" dapat diartikan sebagai prinsip bahwa seorang pemimpin harus bekerja sama dengan bawahannya untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan dan mendorong mereka untuk melaporkan setiap aktivitas yang mencurigakan. Berikut adalah beberapa cara di mana konsep "Ing Madya Mangun Karsa" dapat diterapkan dalam upaya pencegahan korupsi:
  • Seorang pemimpin harus membangun budaya kolaborasi dan partisipasi dalam organisasi.
  • Seorang pemimpin harus melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk memberikan masukan dan ide.
  • Seorang pemimpin harus mendorong bawahannya untuk melaporkan setiap aktivitas yang mencurigakan dan memberikan perlindungan bagi mereka yang melaporkan tindakan korupsi.

  • Dalam hal ini, konsep "Ing Madya Mangun Karsa" dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari korupsi dengan membangun budaya kolaborasi dan partisipasi dalam organisasi serta mendorong bawahannya untuk melaporkan tindakan korupsi.

  • "Tut wuri handayani"
  • Kata tut wuri dapat diartikan sebagai "di belakang" atau "mengikuti dari belakang" dan handayani yang berarti "memberikan dorongan" atau "semangat".

  • Dari pengertian tersebut, bisa diartikan tut wuri handayani memiliki arti "di belakang memberikan semangat atau dorongan".

  • Prinsip ini berarti bahwa seorang pemimpin harus memberikan bimbingan dan dukungan kepada bawahannya. Dalam konteks pencegahan korupsi, seorang pemimpin harus memberikan pelatihan dan pendidikan tentang tindakan anti-korupsi dan menciptakan budaya transparansi dan akuntabilitas.

  • Dalam konteks pencegahan korupsi, konsep "Tut Wuri Handayani" dapat diartikan sebagai prinsip bahwa seorang pemimpin harus memberikan bimbingan dan dukungan kepada bawahannya. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus memberikan pelatihan dan pendidikan tentang tindakan anti-korupsi dan menciptakan budaya transparansi dan akuntabilitas dalam organisasi. Berikut adalah beberapa cara di mana konsep "Tut Wuri Handayani" dapat diterapkan dalam upaya pencegahan korupsi:
  • Seorang pemimpin harus memberikan bimbingan dan dukungan kepada bawahannya dalam hal pencegahan korupsi.
  • Seorang pemimpin harus memberikan pelatihan dan pendidikan tentang tindakan anti-korupsi kepada bawahannya.
  • Seorang pemimpin harus menciptakan budaya transparansi dan akuntabilitas dalam organisasi.
  • Seorang pemimpin harus memberikan perlindungan bagi bawahannya yang melaporkan tindakan korupsi.
  • Dalam hal ini, konsep "Tut Wuri Handayani" dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari korupsi dengan memberikan bimbingan dan dukungan kepada bawahannya, memberikan pelatihan dan pendidikan tentang tindakan anti-korupsi, menciptakan budaya transparansi dan akuntabilitas dalam organisasi, serta memberikan perlindungan bagi bawahannya yang melaporkan tindakan korupsi(Burta, 2018).


Panca Dharma Taman Siswa

Panca Dharma Taman Siswa adalah lima dasar atau prinsip yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di Taman Siswa. Panca Dharma ini dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1947(Nugroho & Ballerina, 2020).

Kelima dasar tersebut adalah:

  • Kodrat alam
  • Kemerdekaan
  • Kebudayaan
  • Kebangsaan
  • Kemanusiaan
  • Penjelasan

1. Kodrat alam

Kodrat alam adalah potensi yang dibawa sejak lahir oleh setiap manusia. Potensi ini dapat berupa bakat, minat, atau kecerdasan. Kodrat alam harus dikembangkan secara optimal agar setiap manusia dapat mencapai cita-citanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun