Mohon tunggu...
Diah Utami
Diah Utami Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Warga dunia biasa yang masih suka hilang timbul semangat menulis dan berceritanya. Berharap bisa menebar sepercik hikmah di ruang maya kompasiana. Semoga berkah terlimpah untuk kita, baik yang menulis maupun membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Homestay yang Berkesan

30 Desember 2017   08:31 Diperbarui: 31 Desember 2017   03:12 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi aku jadi begitu panik dan berlari-lari mengelilingi Okaa-san yang sedang berusaha menangkap rantai Leo yang juga berlarian mengitari Okaa-san untuk meraihku. Iiih, horor! Jangan sampai terulang lagi deh.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Selain pengalaman 'seru' dengan Leo, di rumah itu aku membantu pekerjaan rumah dan juga pekerjaan pertanian seperti menyortir Piman (semacam Paprika), menimbang dan memasukkannya ke dalam bungkus plastik untuk dijual, menyiangi tanaman Tomat, menanam Paprika di rumah vinyl (semacam rumah kaca, terbuat dari plastik) dan juga menanam padi! Hehe... di Indonesia saja aku belum pernah lho nyemplung ke sawah. 

Saking seriusnya aku membantu sampai membungkuk--bungkuk menancapkan batang-batang padi muda ke dalam tanah lembut di sawah, kamera saku yang kusimpan di saku ikut nyemplung juga. Ah... padahal kamera ini adalah teman sejatiku selama traveling di Jepang. Ini sih pertanda aku harus beli kamera baru. Jadi punya alasan kan untuk beli yang baru? Hehe...

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Selain berkutat dengan pekerjaan di rumah, aku berkesempatan juga untuk berwisata dengan 3 orang peserta homestaylain yang berada di kota yang sama denganku. Kami sempat pergi ke objek wisata monumen batu bersejarah, museum kota, berkunjung dan bermain bersama murid-murid di sebuah TK, makan siang dan bersantai di Onsen (pemandian air panas khas Jepang. 

Tapi aku tidak ikut mandi bersama lah!). Sempat pula aku ikut pesta gyoza(sejenis masakan Cina yang cukup populer di Jepang), jadi 'bintang tamu' di sebuah klub nyanyi lansia, juga berkaraoke-ria di kediaman walikota Takanabe. Kami semua didaulat untuk menyanyikan lagu khas dari negara kami masing-masing. 

Tembang andalanku adalah 'Bengawan Solo'. Lagu tersebut ternyata sangat familiar di kalangan orang-orang berusia lanjut di Jepang, katanya mirip dengan lagu Jepang. Hmm...? Masa sih? Mereka sangat menikmati lagu tersebut walaupun kubawakan secara akapela alias tanpa iringan musik. Satu-dua kali sih senang juga bisa menyanyikan 'Bengawan Solo'. Tapi kalau setiap sesi menyanyi aku mesti membawakan lagu itu, hm... bosan juga kali ya?

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Dengan keluarga angkat pun aku punya kegiatan yang variatif. Di hari kedua kedatanganku, Mizue si sulung mengajak jalan-jalan ke situs kuburan tua yang unik, sambil ke supermarket untuk berbelanja keperluan harian. Di kesempatan lain, Mizue juga menemani aku ke festival bunga di Miyazaki. Cantik sekali. Hari lainnya, Okaa-san yang hobi memasak membawaku ke acara klub masaknya. 

Okaa-san juga mengajakku menonton pagelaran tari di kuil, tempat Kouichiro, adik laki-laki yang kedua menggelar debutnya yang pertama dalam menari (jangan tanya tarian apa, aku sendiri kurang mengerti!) Aku juga ikut jadi supporter dalam pertandingan voli remaja di mana Kouichiro dan Kiyotaka ikut memperkuat tim voli daerah mereka. 

Selain itu, aku juga berkesempatan untuk berkunjung ke salah satu TK lokal dan mengikuti kegiatan di sana seharian. Senang sekali bisa terlibat langsung dalam kegiatan sekolah di Jepang, walaupun dengan kemampuan komunikasi yang terasa sangat membatasiku, tapi anak-anak itu ternyata sangat pengertian. 

Mereka tetap semangat mengajakku ikut terlibat dalam kegiatan mereka, selain sibuk bertanya, terutama tentang apa yang ada di balik kerudung yang kukenakan. Ah... biasa kok, seperti kepala manusia pada umumnya ;) Hehe...

Dua minggu yang berkesan di Kyushu tentu saja harus berakhir. Di acara perpisahan, kami diminta untuk menampilkan satu atraksi. Aku dan Mizue beserta Okaa-san dan seorang kawan peserta homestaylain beserta ibu angkatnya menyanyikan lagu 'Oh Kecilnya Dunia' dalam 2 bahasa, Indonesia dan Jepang. Kami berlatih menyanyikan lagu itu bersahut-sahutan dengan teknik kanon. Latihannya tidak lama, tapi hasilnya... tidak mengecewakan-lah. (Aku senang, dalam kesempatan itu, aku tidak perlu menyanyikan lagu 'Bengawan Solo' lagi. Haha...!)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun