Jumat, 4 April 2025. Langit Desa Kemiri sungguh cerah, udara sejuk khas pegunungan menyapa dengan balutan kelembaban seperti pahitnya menahan rindu pada seseorang. Tapi yang lebih semriwing dari udara pagi itu adalah deg-degan ketemu temen lama.Â
Yup, Reuni Temu Kangen Alumni MTsN 2 Banjarnegara angkatan 1997 alias Metro Bara '97. Momen yang ditunggu-tunggu digelar di rumah Pak Suwarso yang adem dan asri, tak jauh dari wisata air terjun Curug Pitu yang sangat hits di Kabupaten Banjarnegara.
Sekitar 24 alumni hadir, 18 perempuan, 6 laki-laki. Ada yang datang bareng pasangan, ada yang bawa anak, ada yang bawa suami dan ada juga yang masih single mom dan single father tapi tetap happy. Bahkan, beberapa dengan senyum malu-malu ngaku lagi open recruitment calon pasangan hidup. Ehem.
Acara dibuka oleh Eli, MC dadakan tapi vibes-nya kayak host TV. Sebelum acara dimulai ada tahlil pendek yang dipimpin oleh Sutardi, ustadz dadakan dari Desa Clapar. Dilanjutkan oleh Pak Sukisno yang memberikan sambutan dengan gaya bahasa Jawa alus nan syahdu yang bikin semua langsung anteng seperti kena "sirep" alias sihirÂ
Lalu, giliran para guru yang dulu kita segani (dan kadang ditakuti) muncul satu per satu. Pak M. Soim, guru Bahasa Inggris favorit sejuta murid, tetap seperti dulu cair, murah senyum, dan penuh semangat. Pesannya juga jelas  bahwa silaturahmi itu ibarat grammar, kalau salah titik bisa beda makna.
Kemudian Pak Rohadi, sang master Matematika yang sistematis tapi berhati lembut yang pernah menjadi penghulu alias tukang menikahkan orang (baru pensiun) memberi tausiyah yang sangat bijak soal waktu. Sejatinya waktu ada tiga: masa lalu, masa kini, dan masa depan.Â
Dan jangan lupa Bu Hajah Nur Farida, yang dulu terkenal "galak"tapi hatinya selembut kapas kecelup air. Meski dulu sering bikin deg-degan, hari itu beliau disambut dengan gembira. Guru memang gitu ya, makin kita dewasa, makin terasa artinya.
Lanjut ke sesi yang ditunggu, Makan baksooo! Aroma kuah hangat, suara kriuk kerupuk, dan sendok yang saling beradu di mangkok bikin suasana makin pecah. Di sela suapan, nostalgia masa biru putih tumpah ruah tak terkendali.