Mohon tunggu...
Wahyu Tanoto
Wahyu Tanoto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, fasilitator, reviewer, editor

Terlibat Menulis buku panduan pencegahan Intoleransi, Radikalisme, ekstremisme dan Terorisme, Buku Bacaan HKSR Bagi Kader, Menyuarakan Kesunyian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Karena Setiap Anak Itu Unik, maka Mendidiknya Butuh Kesabaran

21 Maret 2022   13:45 Diperbarui: 25 Maret 2022   23:54 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mendampingi anak belajar | Sumber: Ketut Subiyanto dari www.kompas.com

Walhasil, tidaklah mengherankan ada banyak kasus kekerasan terhadap anak justru dilakukan oleh orang tuanya. Salah satu penyebabnya menurut saya karena belum (tidak) mampu mengelola keunikan anak. 

Orang tua terkadang lebih "suka" menyalahkan ketimbang introspeksi diri jika anak dianggap melakukan "kesalahan". 

Jangan lupa, anak adalah "peniru" terbaik tingkah laku orang tuanya. Termasuk dalam hal menyelesaikan masalah.

Selain itu, anak juga merasa dirinya telah mampu melakukan berbagai hal karena pada dasarnya anak juga seperti orang dewasa. Meskipun kenyataannya anak juga memiliki tantangan tersendiri ketika berusaha meniru perilaku orang tuanya. 

Contoh ibunya dandan, anak juga ikut dandan. Bapaknya pakai sarung, anak juga pakai sarung. 

Menurut buku "Daily Parenting" karya Rudi Cahyono yang pernah saya baca, proses meniru yang dilakukan anak bisa sampai pada usia 7 tahun.

Ilustrasi tidak pernah berhenti belajar | Sumber: pixabay.com
Ilustrasi tidak pernah berhenti belajar | Sumber: pixabay.com

Di sinilah tantangan sebagai orang tua dimulai. Terkadang saya ingin terlibat "membantu" anak ketika saya menganggap bahwa anak butuh bantuan. 

Masalahnya begini, jika saya terlihat "mengatur" dalam membantu anak, maka anak saya pernah merasa dianggap belum mampu, tampak merasa kurang senang, merasa dianggap "remeh" dan perasaan-perasaan lain yang agak mirip dengan hal tersebut. 

Di sisi lain, jika anak tidak mendapat bantuan, saya juga punya anggapan bahwa anak memang belum/tidak bisa. Wah, tidak mudah kan?

Mungkin masalahnya ada di otak saya yang masih "memelihara" doktrin jika anak belum cakap dan belum cukup usia untuk melakukan aktivitas tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun