Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kompilasi Buku, Haruskah Ada Ijin dari Originator?

21 September 2014   00:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:06 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu, suami membawa sebuah buku yang berjudul BUKAN UNTUK DIBACA: THE MOST INSPIRING STORY. Buku tersebut merupakan oleh-oleh setelah suami mengikuti lomba internal resensi buku di kantornya – salah satu instansi pemerintah di Kota Batam.

[caption id="attachment_343504" align="alignnone" width="432" caption="Dok Pribadi/Sampul Buku bukan untuk dibaca."][/caption]

Buku tersebut cukup menarik dengan beragam cerita motivasi dan renungan. Buku 400 halaman tersebut memuat beragam pengalaman dan cerita beberapa orang, mulai cerita mengenai anak, proses kematian hingga cerita sukses. Berdasarkan dari kata pengantar, buku yang diterbitkan oleh Selaksa Publishing itu bahkan sudah dicetak ulang sebanyak tujuh kali dalam satu tahun terbit, mungkin dengan kata lain termasuk salah satu buku laris. Saat browsing di internet, beberapa orang sudah ada yang membuat resesnsinya, termasuk di Kompasiana.

Saat membaca buku tersebut, saya menemukan hal baru. Bukan dari segi cerita, namun dari segi penyusunan cerita pada buku itu. Meski di sampul buku ditulis pengarang Deassy M Destiani – yang juga ternyata seorang Kompasianar dan sudah bergabung sejak 11 April 2014, namun ternyata juga berisi kumpulan cerita orang lain yang cukup menggugah.

Salah satunya cerita yang diposting di Kompasiana dengan judul Ibu, Buku Terbuka yang Tidak Pernah Mati. Tulisan tersebut dibuat Saniah Siana yang setelah saya susuri di publikasikan di Kompasiana pada 8 Juli 2011 pukul 18:41 WIB.

[caption id="attachment_343505" align="alignnone" width="768" caption="Dok Pribadi/Salah satu tulisan dari Kompasiana."]

14112085472145186
14112085472145186
[/caption]

Saya tidak tahu mengenai peraturan penerbitan, namun pada buku yang berisi beragam cerita dari beberapa orang tersebut pada sampul buku hanya ditulis nama satu orang. Biasanya bila ditulis keroyokan, ada tambahan nama lain dari si pengarang utama atau setidaknya ada tulisan dkk (dan kawan-kawan) atau et.al ya kalau bukunya berbahasa Inggris. Tapi tidak tahu juga sih ya, apa mungkin karena ada catatan dari pengarang/penyusun buku di setiap akhir sebuah cerita (yang bukan tulisan pengarang/penyusun buku tsb) sehingga tidak harus mencantumkan nama penulis lainnya. Apalagi sumber tulisan juga dicantumkan di setiap akhir cerita.

Terus yang membuat saya penasaran adalah, beberapa cerita yang dimuat di buku tersebut merupakan cerita yang dimuat di beberapa blog – selain dari Kompasiana, ada juga yang dari Kaskus dan blog pribadi tak berbayar – ada juga dari situs media online seperti Vemale, dll.

Ada penulis yang dituliskan namanya, ada juga yang tidak ada nama – mungkin karena memang tidak jelas siapa pengarangnya (anonim). Yup, beberapa cerita memang ada yang sudah pernah saya baca melalui media online, seperti seorang ayah yang memukul anaknya hingga tangan anaknya harus diamputasi, dll. Sepengetahuan saya penulisnya cerita seperti itu memang terkadang anonim dan sudah di copy-paste di beberapa blog/media online.

Saya yang agak awam mengenai terbit menerbitkan buku, hanya ingin tahu, boleh tidak sih mengambil cerita dari cerita orang lain yang diterbitkan di media online (tentu dengan mencantumkan sumbernya) untuk dijadikan kompilasi cerita di sebuah buku tanpa memberi tahu dulu si penulisnya? Bagaimana dengan tulisan yang tidak jelas siapa pengarangnya – anonim, apalagi bila sudah di copy-paste kemana-mana? Atau kita minta ijin ke si pengelola media onlinenya ya? Ayo yang paham mohon share cerita ya.Saya mungkin hanya membandingkan dengan kompilasi lagu di sebuah cd atau kaset yang diluncurkan secara resmi (baca: dijual) biasanya kan meminta ijin terlebih dahulu kepada si pencipta lagu.

Mungkin Mbak Deassy  memang sudah mengantongi ijin dari beragam cerita yang dimuat di buku ini. Mbak bagaimana triknya biar sukses meminta ijin? Boleh share? Karena menurut saya sangat menarik. Atau memang ada ketentuan di penerbitan yang tidak harus ijin ke si originator selama mencantumkan sumber dan nama si penulis secara jelas?

Satu yang pasti, saya salut dengan ide Deassy MD untuk mengumpulkan beragam cerita yang memotivasi dan menginspirasi dalam sebuah buku. Sehingga, cerita yang awalnya hanya dapat dijangkau melalui internet, dapat dibaca melalui buku, yang tentu lebih menjangkau beragam kalangan dan wilayah.

Apalagi di sampul belakang buku di tulis, royalti buku ini akan disumbangkan untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Mungkin besok-besok, bila mendapatkan cerita yang menginspirasi harus saya copy –paste langsung ke Microsoft word untuk disimpan, ya siapa tahu nanti ada benang merah dengan cerita lainnya untuk dijadikan buku dan menginspirasi banyak orang, hehehe ngarep! (*)

Buat Admin: Min, saya sudah memverifikasi akun di K lho, tapi belum terverifikasi juga hingga sekarang. Mungkin memang antriannya panjang banget ya? Atau karena foto di KTP dan profile picture berbeda, karena saat membuat KTP saya memang belum mengenakan jilbab?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun