Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Cerpen] Sebuah Fragmen di Masjid

10 Mei 2021   11:58 Diperbarui: 12 Mei 2021   19:33 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, karena sering terjaga tengah malam, di saat aku belum seharusnya bangun, aku memutuskan berwudhu terlebih dahulu sebelum tidur. Ibu benar, setiap kali aku berwudhu sebelum tidur, tidurku lebih lelap.

Aku mengambil tempat di pojokan masjid yang tidak ada jamaah. Aku mencoba memejamkan mata. Namun entah mengapa, kali ini, meskipun sudah bersuci sebelum tidur. Aku malah tidak bisa tidur. Pikiranku malah jadi tidak tenang.

Tiba-tiba aku memikirkan ulang proyek yang ditawarkan Bang Franky. Aku jadi semakin ragu ikut proyek tersebut. Saat pertama kali ditawari proyek itu, aku sudah ragu, aku tidak mau ikut, tetapi karena keadaan yang memaksa, takut kelaparan, takut terlunta-lunta di kota orang aku iyakan.

Proyek yang ditawarkan Bang Franky adalah merampok salah satu supermarket. Bang Franky bilang, ia tahu tempat penyimpanan uang hasil penjualan di supermarket tersebut. Ia juga tahu cara masuk ke dalam supermarket itu tanpa diketahui. Dulu ia pernah bekerja di supermarket itu sebagai kasir.

Aku tiba-tiba menjadi semakin takut dosa. Apalagi setelah aku berwudhu dan mulai berbaring di pojokan masjid. Sosok ibu dan adik perempuanku menari-nari di pelupuk mata. Tak tega rasanya aku memberi mereka uang haram. Walaupun kami begitu membutuhkan.

Aku menjadi gelisah. Agar pikiranku sedikit tenang, akhirnya aku memutuskan untuk membaca Al Quran. Setelah membaca beberapa lembar kitab suci tersebut. Aku bergegas ke belakang masjid. Aku memutuskan untuk tidak ikut proyek Bang Franky. Aku juga akan menelepon ibu, atau setidaknya mengirim pesan pendek.

Aku akan berterus terang, bulan depan belum bisa lagi mengirimi ibu uang. Aku juga akan meminta doanya agar segera kembali mendapat pekerjaan. Selain itu, untuk sementara ibu juga tidak akan bisa menghubungiku. Aku putuskan untuk menjual ponsel. Meski harganya tidak seberapa, tapi bisa untuk bertahan hidup selama beberapa hari.

Saat aku akan beranjak menuju pelataran masjid, tiba-tiba aku berpapasan dengan Pak Khaidir. Beliau adalah salah satu jamaah yang rumahnya tak jauh dari masjid.

"Mau kemana, Her?" sapanya.

"Mau ke belakang masjid Pak," jawabku.

"Boleh kita ngobrol sebentar?" tanyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun