Apalagi bila ada kata-kata, "bila terus menerus seperti ini, nanti bisa-bisa pas ujian tidak diluluskan."Â Hadeeh! Auto bikin orangtua drop. Ujung-ujungnya memaksa anak untuk lebih keras lagi berlatih.
Padahal, semua tugas anak yang sudah dikumpulkan kepada guru secara daring, otomatis sudah dinilai maksimal oleh orangtua. Sudah hasil terbaik yang dilakukan si anak. Walaupun terkadang mungkin tugas tersebut masih ada yang salah, keliru, atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan guru.
Seharusnya guru tinggal membuat tingkatan penilaian. Salahnya tinggal diberi tahu kepada siswa atau orangtua. Diberi motivasi. Bukan malah mengeluarkan kata yang memojokan.
Ingat lho, setiap orang itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mungkin ada siswa yang kuat di ilmu eksakta, tetapi lemah di ilmu bahasa. Atau, mahir di ilmu alam, tetapi kurang di ilmu sosial.
Orangtua yang mendampingi anak belajar jarak jauh juga demikian. Ada yang ahli di satu mata pelajaran, tetapi lemah di pelajaran yang lain.
Alhasil bila anak dan orangtua tidak begitu menguasai pelajaran tersebut, hasil belajar menjadi tidak maksimal.
Terlebih bila guru pelajaran tersebut juga kurang optimal menjelaskan hingga siswa benar-benar paham dan bisa.
Apalagi meski sekarang sudah zaman internet, segala sesuatu bisa digoogling, tidak serta merta keterampilan tersebut bisa dicomot begitu saja dari artikel atau video yang dibagikan melalui internet. Tetap harus ada pemahaman.
Bila sekadar mengisi jawaban berupa uraian atau pilihan ganda mungkin bisa, tetapi bila bentuknya keterampilan, seperti membaca Al-Quran sedikit sulit. Berkali-kali meniru pelafalan melalui youtube, mendengarkan murottal berulang-ulang, tetap saja terkadang ada salah ucap.
Buat Soal Latihan untuk Mengukur Kemampuan Siswa
Buat soal latihan yang tujuannya untuk mengukur kemampuan siswa. Terkadang ada guru yang sengaja membuat soal sangat sulit. Entah tujuannya untuk apa.