Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya, Teman, dan "Blackout" Jawa-Bali 17 Tahun Lalu

5 Agustus 2019   12:44 Diperbarui: 29 Oktober 2019   09:39 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari liputan6.com

Kejadian pemadaman listrik di Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah, secara serentak Minggu (4/7) membuat saya teringat lagi kejadian akhir 2002 lalu. Dulu listrik pernah padam juga se-Jawa-Bali dengan durasi yang cukup lama.

Saya ingat sekali, listrik padam secara serentak pada sore hari menjelang magrib. Saat mati listrik saya sedang duduk di peron menunggu KRL, kereta rel listrik, jurusan Jakarta-Bogor. Sendirian. Pulang kuliah.

Hari itu seperti biasa, saya sebenarnya pulang bersama dengan dua orang teman kuliah yang sama-sama tinggal di Bogor, Jawa Barat. Namun, kami terpisah. Dua teman saya itu naik kereta lebih dulu.

Saya terpisah dengan mereka karena beberapa menit sebelum kereta melaju, saya berbasa-basi dengan teman lain yang berbeda fakultas. Saat kedua teman saya itu mengingatkan agar saya segera naik, KRL sudah keburu jalan.

Waktu tertinggal kereta saya merasa biasa saja. Pikir saya waktu itu, kurang dari 15 menit kemudian juga pasti sudah ada kereta lagi dengan jurusan yang sama. Namun ditunggu hingga lebih dari 30 menit, KRL lain tak kunjung datang. Beberapa teman yang saya kenal, tetapi tidak begitu dekat, sempat mengajak saya naik bus. Namun waktu itu, saya bertahan untuk menunggu kereta.

Hingga magrib menjelang, KRL tak kunjung tiba. Saya panik. Peron sudah mulai sepi. Hampir tidak ada orang yang saya kenal yang menunggu kereta dengan tujuan yang sama. Saat mendengar kasak-kusuk KRL tidak bisa jalan karena ada pemadaman listrik se-Jawa-Bali, saya langsung lemas. Bingung bagaimana saya harus pulang. Mau naik bus, tidak tahu jalan.

Waktu itu saya bertahan menunggu di stasiun Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, hingga isya menjelang. Berharap ada keajaiban. Tiba-tiba listrik hidup dan kereta kembali beroperasi secara normal. Namun doa saya tidak terkabul.

Sambil duduk-duduk di peron, saya mencoba mencari solusi. Nihil. Saya terlalu takut pulang sendirian dengan menggunakan bus. Sudah terlalu malam, menurut saya waktu itu. Saya juga tidak tahu rutenya. Efek selalu menggunakan KRL setiap kali pergi dan pulang kuliah.

Di tengah rasa panik, tiba-tiba saya teringat percakapan siang sebelumnya dengan salah satu mahasiswa perempuan yang berbeda fakultas. Percakapan basa-basi sebagai pembuka perkenalan selama beberapa menit.

Saya ingat ia mengatakan kost di sekitar stasiun Pondok Cina dengan menyebutkan nama kostan secara rinci, beserta "ancer-ancernya". Lalu tanpa berpikir panjang, di tengah gulita, saya mencoba mencari kostan tersebut, meminta tolong agar saya diizinkan untuk menginap.

Nekat sebenarnya, karena kami baru kenal. Hanya mengobrol beberapa menit. Namun entah mengapa, saat itu saya hanya terpikirkan meminta tolong pada orang yang baru sekali saya temui itu. Mungkin karena melihat kepribadian orang tersebut, baik dan hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun