Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Berkat Bank BTN, Tunjangan Uang Makan Bisa Jadi Rumah Tipe 36

28 Februari 2019   12:41 Diperbarui: 28 Februari 2019   13:10 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi rumahdijual.com

Awal 2008, di waktu istirahat makan siang, saya mengantar seorang rekan kerja yang baru menikah ke Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Ia tertarik ingin melihat secara langsung perumahan bersubsidi yang waktu itu setiap hari diiklankan di surat kabar tempat kami bekerja.

Teman saya itu tertarik karena uang muka yang ditetapkan sangat terjangkau. Begitupula dengan prediksi cicilan yang harus dibayarkan setiap bulan. Ia bilang, cocok buat pasangan suami-istri yang belum begitu mapan, tetapi ingin segera memiliki rumah untuk tempat tinggal.

Saking tertariknya, saat sampai di bagian pemasaran perumahan tersebut, ia sangat aktif bertanya, mulai dari bahan yang digunakan untuk membangun rumah, denah bangunan, fasilitas listrik dan air, fasilitas umum, hingga pilihan jangka waktu dan besaran kredit untuk memiliki rumah tersebut.

Kalau saya lebih banyak duduk, tak begitu tertarik untuk ikut terlibat. Memiliki rumah belum terbayang dalam benak saya. Jadi waktu itu saya berpikir, untuk apa ikutan rempong bertanya bila tidak ada niat sama sekali untuk "mengambil" rumah di perumahan tersebut. Mending leyeh-leyeh sambil menikmati sepoinya air conditioner.

Menyisihkan Uang Makan untuk KPR

Namun, rumah itu ternyata seperti jodoh. Walaupun sudah ingin membeli, bila belum saatnya, ya tidak jadi. Sebaliknya, meskipun belum berniat, bila sudah "jodoh", Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga. Teman saya itu tidak jadi mengkredit rumah karena ia dan suami ternyata memiliki kebutuhan lain yang harus didahulukan.

Sementara saya yang awalnya belum berniat memiliki rumah sendiri, justru jadi mengambil KPR. Keputusan tersebut dipengaruhi ibu saya dan teman-teman kantor yang lain. Teman-teman kantor saya bilang, mumpung ada kesempatan untuk memiliki rumah sendiri melalui KPR, manfaatkan kesempatan tersebut.

Apalagi karena rumah subsidi, cicilan per bulan untuk dua tahun pertama sangat terjangkau. Besaran cicilan per bulan untuk rumah tipe 36 dengan luas tanah 75 m2 saja tidak lebih besar dari tunjangan uang makan yang diterima setiap bulan. Setelah dua tahun, cicilan baru sedikit lebih besar dan mengikuti besaran suku bunga bank. Namun, teman-teman kantor meyakinkan nominalnya tetap terjangkau. Sehingga, uang untuk cicilan dua tahun pertama bisa disisihkan dari tunjangan uang makan. Selanjutnya, mengambil sebagian dari gaji pokok.

Tak sedikit dari mereka yang memang sudah KPR rumah di perumahan tersebut. Beberapa bahkan ada yang sudah menempati hingga berbulan-bulan. Sehingga, dapat merekomendasikan bahwa cukup nyaman tinggal di perumahan itu, meski perumahan bersubsisdi.

Sebelas-dua belas dengan teman kantor, ibu saya juga menyarankan agar saya mengkredit rumah di perumahan yang hanya menawarkan tipe 21 dan 36 itu. Ibu saya bilang, lebih baik sudah memiliki rumah saat lajang. Sehingga, waktu menikah kelak tidak pusing lagi memikirkan tempat tinggal. Kalau calon suami sudah memiliki rumah sendiri, kalau belum, mau tidak mau harus tinggal dulu sama orangtua/mertua, atau terpaksa mengontrak rumah untuk sementara waktu.

Mulai Menyiapkan Berkas

Setelah kembali ke bagian pemasaran perumahan tersebut untuk membayar tanda jadi dan memilih rumah yang ingin di-KPR, saya mulai menyiapkan berkas. Saya menyiapkan slip gaji, surat keterangan sebagai karyawan, salinan kartu identitas, salinan kartu keluarga, dan surat pengajuan kredit.

Nah, karena rumah yang akan saya kredit adalah rumah subsidi, saya juga harus melampirkan surat keterangan belum memiliki rumah dar kelurahan. Prosesnya cukup mudah, setelah mendapat surat pengantar dari RT/RW, surat keterangan belum memiliki rumah dari kelurahan tempat saya tinggal itu, langsung jadi pada hari yang sama.

Setelah semua berkas lengkap, saya diminta untuk menyiapkan uang muka. Waktu itu saya menyiapkan dana sekitar Rp15.000.000. Namun karena rumah yang saya pilih belum siap bangun --inden-- saya tidak langsung menyerahkan uang muka tersebut. Saya baru menyerahkan uang muka ke developer beberapa minggu sebelum proses ijab kabul di Bank Tabungan Negara (BTN). Setelah rumah jadi dan siap KPR.

Saya tipe orang yang terlalu waspada. Takut uang yang hanya segitu-gitunya dan dikumpulkan dengan susah payah, tiba-tiba "raib". Uang ga ada, rumah ga ada. Ada kan kejadian seperti itu. Biasanya bila mengambil rumah di pengembang-pengembang nakal, walaupun sebenarnya jumlah developer yang seperti itu hanya segelintir.

Developer yang membangun rumah yang akan saya kredit sebenarnya sangat terpercaya. Pemiliknya adalah pengusaha muda yang kerap mendapat penghargaan dari berbagai instansi. Tak mungkin ia menggadaikan integritas karena uang yang bagi dia tidak seberapa. Akan tetapi, saya tetap memilih untuk berhati-hati.

Proses Mudah dan Cepat

Saya masih ingat, saya melakukan akad kredit di Bank BTN Dramaga, Bogor, pada pertengahan Januari 2009. Waktu itu akad kreditnya hari Minggu, sehingga hanya kami para calon debitur yang akan mengambil KPR, yang hadir di kantor cabang tersebut. Tidak ada nasabah lain.  

Saya waktu itu hadir pukul 08.00 dan sebelum pukul 12.00 sudah resmi KPR. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan untuk verifikasi. Pertanyaan standar seperti kita sedang mengajukan kredit. Selama berkas valid dan lengkap, prosesnya sangat cepat. Hal yang membuat lama adalah antre menunggu giliran.

Saat akad kredit tersebut, kita diminta membuka tabungan BTN bila belum memiliki rekening, sekaligus membayar cicilan pertama sesuai dengan tipe rumah dan jangka waktu kredit yang diambil. Semua dipandu oleh pihak bank dan developer. Sehingga, tidak membingungkan.

Rumah Cukup Bagus dan Siap Ditempati

Meski rumah bersubsidi, rumah yang saya kredit itu cukup bagus. Ada dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu yang merangkap ruang keluarga. Dinding sudah di cat rapi, lantai juga sudah dikeramik dengan mulus --termasuk bagian teras depan. Benar-benar sudah siap ditempati.

Satu yang kurang adalah dapur, bagian belakang hanya disisakan lahan kosong beberapa meter untuk dapur dan ruang makan. Namun, bagi pasangan baru menikah yang belum memiliki momongan, tidak terlalu mendesak. Dapur bisa dibangun sambil di tempati. Untuk sementara, tempat memasak bisa menggunakan kamar yang satunya yang tidak digunakan.

Saat saya survei usai serah terma kunci, jaringan listrik juga sudah terpasang. Namun, untuk pemenuhan air bersih waktu itu masih menggunakan sumur yang diberi pompa air manual. Developer membangun satu sumur di setiap rumah. Setelah beberapa tahun, baru kami menggunakan air perpipaan.

Pembayaran Cicilan Mudah

Sistem pembayaran cukup mudah karena menggunakan auto-debit. Kita sebagai debitur hanya memastikan setiap jatuh tempo cicilan, ada saldo yang sesuai dengan jumlah cicilan yang harus dibayar. Tak perlu repot datang ke kantor Bank BTN terdekat untuk membayar cicilan.

Saya biasanya disiplin mentransfer pendapatan setiap bulan ke rekening BTN. Jumlahnya dilebihkan sedikit dari nominal cicilan yang harus dibayar. Untuk menghindari tunggakan, saat ada rezeki berlebih saya biasanya mentransfer sebagian rezeki tersebut ke rekening BTN. Sehingga, saat jatuh tempo tak perlu khawatir saldo tidak mencukupi. Takut saja kan tiba-tiba lupa pas awal bulan tidak mentransfer ke rekening BTN, atau tiba-tiba ada kebutuhan lain dan dana terpakai sementara.

Jujur, rekening BTN yang saya miliki belum menjadi rekening utama. Dulu saya mengira tabungan BTN itu hanya untuk kepentingan KPR. Buka rekening di bank tersebut memang hanya untuk membayar cicilan rumah. Namun ternyata tabungan BTN itu multifungsi. Kartu debit yang ditawarkan pun ada banyak pilihan.

Kartu Debit BTN ada tiga jenis, yaitu Kartu Debit BTN Reguler, Kartu Debit BTN Reguler Syariah, dan Kartu Debit BTN Prioritas. Kartu debit tersebut, selain bisa digunakan untuk bertransaksi melalui ATM, juga dapat digunakan untuk bertransaksi online maupun online di dalam dan luar negeri,

Sekarang bahkan sudah ada BTN Digital Solution. Aplikasi yang dapat diunduh melalui ponsel sehingga kegiatan perbankan dapat lebih aman dan nyaman. Kita dapat melihat daftar e-commerce yang bekerjasama dengan Bank BTN, mengajukan aplikasi kredit hingga melihat rumah yang dijual, melihat promo Bank BTN, membuka rekening secara online, hingga mendapat informasi kontak dan lokasi Bank BTN.

Layanan Semakin Digital dan Milenial

Seiring perkembangan zaman, layanan di BTN juga kini semakin digital dan milenial. Sekarang kita tak perlu repot bertanya mengenai prediksi cicilan ke developer bila kita ingin mengajukan KPR. Cukup buka website Bank BTN, cari rumah yang ingin kita kredit, kemudian lihat sendiri simulasi KPR bila ingin memiliki rumah tersebut. Tinggal klik, dibawah gambar bangunan properti.

Simulasi KPR tersebut ada yang untuk konvensional, ada juga yang untuk KPR Syariah. Bila sudah cocok bisa mengajukan kredit secara online. Tak perlu lagi repot seperti saya dulu. Sampai harus mengorbankan waktu makan siang untuk memantapkan diri memiliki rumah melalui KPR.

Hal ini juga sangat cocok bagi kalangan milenial yang biasanya malas repot. Apalagi sekarang Bank BTN juga menyediakan layanan e-banking. Selain itu juga properti yang ditawarkan sangat beragam, tak hanya rumah tapak --subsidi maupun non subsidi, Ada juga flat/apartemen. Cakupannya tak hanya satu kota, atau satu provinsi, tetapi seluruh Indonesia.

Selamat Ulang Tahun ke-69 BTN! Salut, semakin lama mengabdi, semakin baik layanan yang diberikan. Ayo, kaum milenial segera miliki rumah. Tak pernah ada kata terlalu muda untuk memiliki sebuah rumah. Jangan terlalu fokus melancong, menikmati hidup dengan kongkow-kongkow, hingga lupa menyiapkan tempat tinggal untuk kita pulang.

Bisa kok mendapatkan keduanya, menikmati hidup sekaligus memiliki tempat berteduh, tinggal pintar-pintar memilih properti yang akan dibeli. Mumpung masih muda, kuy! KPR saya juga lunas tahun ini setelah menyisihkan uang dari tunjangan  uang makan dan sebagian gaji pokok sekitar 10 tahun, tinggal mengurus ke cabang BTN terdekat dulu karena saya sekarang pindah domisili karena menikah. Hayu ah, kalau tidak sekarang, kapan lagi coba punya rumah? Semakin ditunda, takutnya semakin tidak terjangkau. Yuk, mulai browsing di www.btn.co.id. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun