Selain rupiah, tidak sedikit warga Belakangpadang yang menyimpan uang dalam bentuk dollar Singapura, beberapa bahkan ringgit Malaysia. Hal tersebut dikarenakan pada waktu-waktu tertentu mereka sering berkunjung ke kedua negara tersebut, baik untuk jalan-jalan, berobat, maupun mengunjungi kerabat.
Singapura yang berada persis di seberang Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Tak sedikit warga Belakangpadang yang memiliki kerabat di Malaysia dan Singapura. Dulu beberapa bahkan ada yang memiliki KTP Singapura. Jadi
double, tercatat sebagai warga Indonesia dan Singapura, meski belakangan diharuskan memilih mau ikut Singapura atau Indonesia. Bila memilih Indonesia, KTP tersebut tidak boleh lagi digunakan.
Kini setelah ada aturan dari Bank Indonesia, sudah jarang warga Belakangpadang yang memberikan salam tempel berupa dolar Singapura. Meski tahun lalu anak saya sempat dapat dua dolar dari salah satu kerabat. Namun tujuannya bukan salam tempel, lebih kepada "souvenir" saja katanya. Kebetulan beliau baru mendapat kunjungan dari keluarga di Singapura. "Salam tempel" betulan diberikan dalam bentuk rupiah.
Malam lebaran, jalan-jalan bersama keluarga di tengah taburan lampu. | Dokumentasi Pribadi
Hari pertama Idulfitri biasanya lebih banyak dihabiskan untuk bersilaturahmi ke saudara dan tetangga terdekat. Berkeliling-keliling hingga kaki lumayan pegal. Hari kedua Idulfitri baru lebih leluasa menghabiskan waktu bersama keluarga inti dengan mengunjungi beberapa objek wisata di sekitar. Kalau teman-teman Kompasianer sendiri, seperti apa aktivitas di hari pertama Idulfitri? Salam Kompasiana! (*)\
Lihat Kurma Selengkapnya