Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kerokan, Cara Jitu Usir Masuk Angin

26 November 2017   22:25 Diperbarui: 26 November 2017   22:42 2676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman boleh berganti, teknologi terus bertransformasi, namun beberapa pengobatan tradisional tetap disukai. Salah satunya adalah kerokan, yakni menggosok kulit punggung dengan koin yang dioles suatu cairan sebagai pelicin. Sehingga, saat koin ditekan dan digeserkan pada kulit secara berulang, terasa lebih mudah.

Orangtua zaman dulu umumnya menggunakan minyak goreng sebagai cairan pelicin. Ada yang begitu saja memanfaatkan minyak goreng kemasan, ada juga yang membuat sendiri secara khusus. Hal tersebut seperti yang dilakukan nenek saya. Secara berkala beliau membuat minyak kletik dari beberapa kelapa. Minyak tersebut nantinya digunakan sebagian untuk minyak rambut, sebagian lagi untuk kerokan.

Namun meski sukses membuat kulit super licin, minyak goreng membuat badan sangat lengket. Apalagi setelah kerokan kita tidak disarankan mandi hingga berjam-jam. Itu makanya dulu saya sangat anti dikerok --terutama bila harus menggunakan minyak kletik andalan nenek, saya lebih memilih minum obat dan tidur.

Namun seiring waktu, keengganan tersebut perlahan memudar. Terlebih saya merasakan sendiri bagaimana ampuhnya mengusir masuk angin dengan cara dikerok. Khasiatnya langsung terasa. Seperti makan cabai --saat digigit langsung terasa pedas, kerokan juga seperti itu. Usai seluruh punggung dikerok, rasa pusing, kembung, dan mual berangsur menghilang.

Apalagi  cairan pelicin untuk kerokan juga terus bertransformasi. Kerokan tidak melulu menggunakan minyak goreng,  namun ternyata juga bisa menggunakan body lotion, minyak kayu putih hingga balsem. Sehingga, kerokan tidak lagi identik dengan kulit yang super lengket seperti ikan yang baru digoreng.

Hanya memerlukan benda tumpul, seperti koin, dan minyak atau lotion untuk menggosokan ke badan. | Dokumentasi instagram sobat_hangat (Balsem Lang)
Hanya memerlukan benda tumpul, seperti koin, dan minyak atau lotion untuk menggosokan ke badan. | Dokumentasi instagram sobat_hangat (Balsem Lang)
Pengobatan Efektif Nan Terjangkau

Kerokan merupakan pengobatan tradisional yang tidak memerlukan banyak biaya. Selama ada koin dan cairan pelicin kita dapat melakukan kerokan kapan pun. Namun tentu, bagi kami kaum perempuan, memerlukan ruangan tertutup. Tak lucu juga kan bila memamerkan punggung di teras rumah.

Dulu bila tidak ada orang yang bisa dimintai tolong, ibu saya mengerok sendiri punggungnya. Beliau biasanya memanfaatkan cermin untuk melihat bagian mana yang harus dikerok. Apalagi bila masuk angin tersebut sudah tidak tertahankan. Sehingga katanya, daripada menunggu sang anak pulang sekolah, atau si suami pulang bekerja, beliau lebih memilih berusaha sendiri menggosok-gosok punggungnya dengan koin.

Kalau saya pribadi belum semahir itu. Saat masuk angin dan butuh kerokan, saya pasti meminta tolong orang lain. Sebelum menikah saya biasanya meminta tolong ibu untuk mengerok punggung saya hingga berbilur-bilur memerah, setelah berumah tangga tugas tersebut beralih ke suami.

Meski saat remaja dulu paling anti dikerok karena malas bersentuhan dengan minyak goreng, menjelang dewasa saya justru ketagihan dikerok. Saya sepertinya mulai "terkontaminasi" nasehat nenek, dikit-dikit jangan minum obat. Nenek saya memang termasuk orang yang sangat selektif terkait obat racikan ahli farmasi yang akan dikonsumsi.

Itu pula yang saya lakukan dengan anak saya tiga tahun terakhir ini. Meski begitu khawatir saat anak demam, saya biasanya melakukan pengobatan tradisional terlebih dahulu. Saat anak saya yang saat ini berusia enam tahun panas tinggi, saya akan memberikan air putih banyak-banyak untuk ia minum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun