Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Ode untuk Lin Dan

7 Juli 2020   14:37 Diperbarui: 7 Juli 2020   20:12 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Legenda bulu tangkis China, Lin Dan, resmi mengumumkan dirinya gantung raket pada Sabtu (4/7/2020) (AFP PHOTO/WANG ZHAO via KOMPAS.com)

Sejak kegagalan di Olimpiade Barcelona, setahu saya Jianhua mulai menurun gantung raket. Ada rasa lega saat legenda Jianhua mundur meskipun saya tahu China tak pernah kehabisan melahirkan talenta-talenta hebat.

Barcelona 1992 juga momentum awal dominasi Indonesia di sektor putra. Selain trio Barcelona, kita masih punya Joko Supriyanto (juara dunia 1993), dan Hariyanto Arbie (juara All England 1994 dan 1995) kemudian disusul Taufik Hidayat di akhir milenium.

Mereka silih berganti menjuarai rangkaian turnamen, baik perorangan maupu beregu, Thomas Cup. Meskipun tunggal putra gagal di Olimpiade Atlanta 1996 dan Sydney 2000, dan All England sejak 1995.

Memasuki abad baru, kekuatan putra China mulai bangkit dan mendominasi. Salah satu faktornya kehadiran Lin Dan, yang mulai berkarier pada saat kejayaan tunggal putra Indonesia berada di senja kala, tanpa alih generasi yang baik. Barangkali hanya menyisakan Taufik Hidayat yang kompetitif. Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso masih sangat labil untuk bersaing dengan Lin Dan.

Saya pertama kali menyaksikan penampilan Lin Dan di Piala Thomas 2004 di Istora. Ia datang ke Jakarta memimpin tim China dengan menyandang status sebagai juara All England 2004.

Indonesia sendiri adalah juara bertahan lima kali beruntun sejak 1994 hingga 2002. Tapi saya ingat, Indonesia kurang diunggulkan. Hanya faktor menjadi tuan rumah, peluang juara agak terbuka. 

Lin Dan tampil konsisten di Jakarta. Di semifinal Indonesia bertemu China, dan tunggal putra pertama adalah Soni Dwi Kuncoro, yang saat itu bisa dikatakan kekuatannya masih seimbang dengan Taufik Hidayat. Ada yang bilang memasang Taufik di tunggal kedua merupakan bagian dari strategi mencuri setidaknya satu poin di sektor tunggal. 

Seperti yang sudah diprediksi, Lin Dan mengalahkan Sony dan 10 ribu suporter fanatik Indonesia yang memenuhi Istora. Lewat pertarungan cukup ketat, Lin Dan berhasil mengatasi tekanan berat dan membuka kemenangan pertama untuk tim China.

Mereka pada akhirnya ke final dan menjadi kampiun. Thomas Cup pertama kali untuk China sejak 1990, dan pertama untuk Lin Dan.

Sejak itu saya yakin ia adalah pemain yang sangat hebat, sangat tangguh, dengan kemampuan komplet yang mumpuni. Mengingatkan saya pada Zhao Jianhua, pemain China paling berbahaya yang pernah saya tonton sebelumnya. Kebetulan Lin dan Jianhua sama-sama pemain kidal. 

Lin Dan adalah tipikal pemain dengan teknik paling mengagumkan. Kemampuannya komplet nyaris tanpa cacat. Smash tajam menukik, lob yang sangat dalam, drive sulit, netting yang tipis, dropshoot menipu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun