Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Penerus Mak Erot di Perempatan Jalan

13 Juni 2015   17:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seks memang urusan yang gampang-gampang susah. Banyak orang yang mungkin segan membicarakan, walaupun diam-diam sangat peduli dengannya. Faktor satu ini juga menjadi salah satu sebab dari keharmonisan rumah tangga dalam hubungan suami istri, sehingga gangguan yang terjadi dengannya akhirnya menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian dengan serius dan seksama. Banyak mitos terkait dengan gangguan seks, termasuk yang terkait dengan ukuran kejantanan senjata rahasia milik seorang lelaki. Hal ini sepertinya yang kemudian ditangkap dengan sangat cerdik oleh berbagai tempat pengobatan, baik yang resmi maupun tidak. Diantara berbagai tempat pengobatan itu, tersebutlah satu pengobat yang namanya sangat legendaris dan mungkin memang telah menjadi legenda saat ini. Ya, dialah Mak Erot, yang siapapun yang mendengar nama itu disebut mungkin dengan cepat akan dapat mengasosiasikan dirinya tengah berbicara tentang apa.

Keberadaan Mak Erot yang legendaris itu ternyata menarik berbagai pihak untuk ikut berburu ceruk pasar yang sepertinya memang captive itu. Dapat dibayangkan, ketika kebutuhan pengobatan untuk menunjang aktifitas itu diperlukan, orang mungkin akan mau membayar berapapun, asal dirinya mendapat kesembuhan dan perbaikan onderdil yang diperlukan. Permintaan semacam ini tidak akan banyak terpengaruh oleh turunnya nilai dollar, kenaikan harga BBM dan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Keturunan Mak Erot, yang konon berpraktik dari jaman Jepang itu, hanya beberapa yang diwarisi dan akhirnya meneruskan keahlian nenek mereka, sepeninggal beliau pada tahun 2008 dalam usia 130 tahun. Maka, tak heran banyak orang akhirnya tergoda untuk meneruskan profesi tersebut.

Namun berbeda dengan Mak Erot yang mungkin kita tidak akan menemukan iklannya di surat kabar dan majalah, yang kemashurannya diperoleh dengan cerita dari mulut ke mulut yang akhirnya mampu menarik menteri hingga presiden negara tetangga, para penerus Mak Erot ini sepertinya ingin cepat-cepat memperoleh kemasyhuran dengan instan. Maka alih-alih memilih silent strategy yang terbukti sangat efektif itu, mereka dengan terang-terangan memasang iklan di berbagai ruang publik seperti pohon-pohon di tepi jalan, terutama di dekat sebuah perempatan yang banyak orang akan memiliki waktu cukup lama membacanya ketika tertahan di lampu merah. Kita dapat menyimaknya dalam tampilan hasil dokumentasi pada sebuah simpang jalan di seputar Jalan Lingkar Utara Seturan, Yogyakarta berikut:

Banyak pengendara yang mungkin dengan mudah menemukan tampilan semacam ini di jalan-jalan kota Yogya. Saya tidak tahu, bagaimana reaksi mereka, namun saya mengira, pasti ada rasa ketidaknyamanan membaca tulisan semacam itu. Para lelaki yang memiliki masalah dan tengah berkendara dengan istrinya mungkin diam-diam mengumpat dalam hati dan berprasangka istrinya tengah diam-diam melirik iklan itu dan menyuruhnya untuk segera mendatangi tempat itu. Atau mungkin dia malahan bersyukur karena ada solusi yang dinikmatinya dengan 'seketika' tanpa perlu banyak proses yang dijalani. Para istri mungkin juga memiliki perasaan terbagi serupa, mungkin menguak luka yang diam-diam dipendam, atau justru menerbitkan harapan baru bagi permasalahan latent yang menimpa rumah tangganya. Buat orang tua yang memiliki anak-anak, mungkin juga harus bersiap-siap untuk mendapat pertanyaan terkait maksud tulisan itu.

Saya sendiri, sebagai laki-laki normal sebenarnya juga mengalami dilema serupa, antara harapan dan skeptisme. Di satu sisi, pengobatan serupa itu tentu menjadi dambaan para pria terutama yang memiliki permasalahan internal dengan perangkatnya, yang kondisinya mungkin dapat terentang dari permasalahan sangat kritis, kritis, agak kritis dan biasa-biasa saja (saya tidak akan mengaku pada kategori yang mana permasalahan saya). Namun di sisi lain, tawaran iklan yang menggiurkan itu harus disikapi dengan skeptisisme yang tinggi. Hal ini karena dari tampilannya sendiri sudah cukup meragukan, serupa dengan iklan tawaran obat aborsi yang juga marak di perempatan jalan, seperti pernah saya ungkap dalam tulisan di Kompasiana yang sayang belum ketemu lagi linknya. Meskipun dalam kasus iklan aborsi iki dapat dibuktikan kebenarannya, terbukti dengan ditangkapnya pelaku dan mahasiswa yang menjadi konsumennya beberapa waktu yang lalu (lihat berita ini). Dalam kasus aborsi, polisi mungkin dapat membantu verifikasi kebenaran iklan-iklan yang banyak bertebaran itu, karena adanya pelanggaran aspek hukum yang cukup serius. Dalam kasus obat Mak Erot ini, mungkin pelanggaran yang dilakukan mungkin tidak dapat dikategorikan kriminal berat, sehingga resiko yang ditanggung pun harus ditanggung sendiri oleh konsumen. Ya, kalau benar akan berubah seketika, bagaimana kalau kondisinya malah berkebalikan. Alih-alih mendapatkan kejantanan, yang diperoleh mungkin malahan turunnya kinerja kejantanan yang dapat berpengaruh pada kelangsungan hidup berkeluarga. Alangkah sakitnya kalau justru itu yang diperoleh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun