Hampir setiap minggu saya dan beberapa teman, melakukan perjalanan dari Atambua (Kabupaten Belu) menuju Kefa, (Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi. NTT).
Tuntutan tugas, mengharuskan kami untuk melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Santo Petrus Kefamenanu. Itulah mengapa setiap Senin, kami harus melakukan perjalanan. Jarak tempuh Atambua-Kefamenanu, 80 km, dalam waktu, 1.5 jam. Akan menjenuhkan bila kita tidak menikmati perjalanannya.
Satu hal yang menarik bagi saya adalah, pemandangan sepanjang jalan menuju Kefa. Hamparan sawah yang hijau disepanjang jalan sungguh indah dipandang mata dan menyejukkan. Ada banyak hal indah kita dapat nikmati. Rutinitas yang menjenuhkan akhirnya menjadi sebuah perjalanan yang menggiurkan.
Kami sering beli kelapa muda, jambu, atau buah naga, selain untuk dibawa pulang tetapi juga cara kami menikmati perjalanan dan membagi rejeki dengan orang--orang berjualan di pinggir jalan.
Yang namanya hidup harus diperjuangkan. Orang yang tidak mau berusaha, ia tidak layak untuk hidup. Sebenarnya ada banyak peluang yang bisa dipakai dalam berusaha, tergantung kreativitas kita.
Saya salut dengan perjuangan orang--orang di kampung. Berbagai cara mereka tempuh untuk menghidupi keluarga. Tantangan hidup tidak membuat mereka kehilangan cara, tetapi justru semakin memacu mereka untuk kreatif dan berusaha.
Ketika melihat perjuangan orang--orang sederhana, teman saya ikut berkomentar, "cari uang tidak gampang." Saya pun membalasnya, "memang tidak gampang." Hanya orang-orang yang punya kemauan untuk maju, serta daya juang yang tinggi, yang sanggup bertahan hidup."
Sebenarnya jalan hidup sudah diatur oleh Yang Kuasa, tinggal kita memaknai hidup ini. Hidup menghadirkan kepada kita beragam tantangan, tetapi selalu ada jalan keluar yang disiapkan Tuhan untuk kita. Kuncinya adalah berjuang.
Saya salut dengan perjuangan orang--orang kecil. Berjualan di pinggir jalan bagi saya adalah cara halal menjemput rejeki.
Atambua, 04.05.2021