6. Setiap orang wajib menghabiskan jatanya masing-masing. Apabila tidak habis, wajib dibawah pulang sebagai bekal untuk keluarga dirumah.
7. Para pelayan tidak akan menunggu sampai makanan yang dihidangkan hanis dimakan, tetapi bila sudah berkurang maka pelayan akan tambahkan lagi, hingga dua atau tiga kali.
Khusus untuk masyarakat Noemuti, Timor Tengah Utara, (TTU), sejarah fole mako pertama kali di lakukan oleh Raja Sonbai pada saat pembangunan lopo (rumah tradisional) bertiang delapan atau sebutan dawan, 'lopo ni fanu.' Acara fole mako dilakukan sebagai bentuk syukur atas selesainya dibangun lopo ni fanu.
Acara fole mako ini dilaksanakan sebagai acara kenduri atau acara adat nenek Bau Krus. Itulah sebabnya pada suku Fallo Noemuti, selalu dilaksanakan turun temurun, ketika mengalami kedukaan atau kematian tidak di perbolehkan membunuh hewan, atau makan daging, di kenal dengan istilah "kat bet fa na mate," (tidak makan daging).
Pesta kenduri pada umumnya laksanakan setelah empat puluh hari atau setelah ada persiapan fole mako oleh anak atau cucu keluarga yang ditinggalkan.
Hingga saat ini tradisi fole mako terus dilakukan dan mumnya fole mako dilakukan bagi tokoh adat atau orang tua yang meninggal.
Atambua, 15.01.2021